Iklan Adsense

Monday, December 18, 2017

Lubuk Gambir, My Hometown

Dear readers, this time I wan to share a little story about my hometown or my village. It named Lubuk Gambir. I think that name is the only one name of Lubuk Gambir over the world. The other name is only Gambir Station name in Jakarta. The only and only one name of Lubuk Gambir in the world, I repeated in once again.
Okey, let me continue to tell the story of my hometown. The village or "kampung" of Lubuk Gambir is belong to today Kenagarian Kapelgam (abbreviation of Kapencong Lubuk Gambir) and Kenagarian Kapelgam was "pemekaran" (division) of Kenagarian Koto Berapak. Even though, Kenagarian Koto Berapak was "pemekaran" from Nagari Bayang during the colonializatio period.
In the past, Nagari Bayang was traditionally called as "Bayang Nan Tujuh" which means "Bayang onderdistrict with seven kotos - a koto means one village. Together with Koto Nan Salapan ("the Eight Kotos"), Bayang was formerly a traditional sovereignity with a leader called "Rajo" (means "king").

Starting to write in English

Many friends of mine suggested me to write some articles in English. Actually, I'd love to learn English since I was at Elementary School. I studiet it by self-thaught from old book of my elder brothers and sisters which were available on our book racking. I think that our book rack were already too lousy and I don't know whether the rack still there or not because I sheldom to get to my hometown. Many old book available there. My father also have his own book inside his old bag. Now my mid is flying to my past time, I imagine the old bag of my father, the color is brownish. What kind of my father's books? I still remember that my father has some books of tradition literature and also Islamic literature. Oh yeah.. I remember too, that above our ceiling, there was a sack contains hundred pages of Arabic written books. Perhaps, they belong to my grandmother at last time. She was a pupil of Thawalib School in my village, not the Thawalib School of Parabek, Bukittinggi.
 

The reading hobby of my father had influeced me to be a reader too. I was happy to listen when my father were reading his book loudly. He wore glasses when reading a book because his eyes already got minus. Many book I have read since I was child. The Indonesian Translation of Al Quran I accomplish when I was at SMP school, precisely when I was at Sikalang Village, at Brother Halim's house. He has the translated Quran. Therefore when I was start to adultery, I also request to my older brother in Jakarta to send me an Al Quran with translation too and he sent me one with Depag translation. I was very happy to received it at the time. He also bought an English Dictionary for me. He want me to be skilled in English communication in the future in order to get job easily. He wanted me to be an English Tourist guide but until now I could not reach the ambition. 
 

I like all my English teachers since I was at SMP in Sawahlunto City. Just call their name : Bu Dartini (the student entitled her as Bu Going), Bu Upik, and other teacher that I already forgot their name. At STM, my English teacher was named Pak Doyok and Bu Yeni, the teached with Bungo Pasang Salido hometown. I thanks to all my English teachers. I hope that heavenly reward would be always flows on you.
 

Dear readers, I am so sorry if this my article have very bad syntax or grammar because I realize that I sheldom use my English in last few years. I need you criticism or your feedback if any mistake in this my article.
Thank you all.

Saturday, December 16, 2017

Kato Nan Ampek

Adat dan Adab yang tidak boleh dilupakan oleh generasi Minang dimanapun berada yaitu KATO NAN AMPEK.
1. Kato Mandaki : terhadap orang tua, mamak, paman, bibi, kakek, nenek, kakak, suami
2. Kato Malereng : terhadap ipar
3. Kato Mandata : terhadap teman sepangkat sebaya
4. Kato Manurun: terhadap istri, anak, adik, kemenakan, keponakan atau yg lebih muda

Penjelasan:
1. Kato Mandaki : kata penuh hormat sopan santun
2. Kato Malereng : kata penuh rasa segan dan rasa malu.
3. Kato Mandata : kata penuh keakraban
4. Kato Manurun : kata penuh kasih sayang dan rasa santun.

Asal Muasal LGBT


Menurut sebuah riwayat, perbuatan LGTB ini pertama kali diprakarsai oleh Iblis untuk menyesatkan manusia lebih jauh lagi dan tentunya Iblis terus menerus berusaha mencari teman untuk di neraka nantinya. Maka setelah Iblis mengajarkan manusia untuk saling bunuh dan menyembah berhala maka Iblis tak habis fikir untuk memunculkan dosa-dosa baru manusia yang mungkin tak terfikirkan oleh manusia itu sendiri tanpa ide dan inisiatif dari Iblis laknatullah.
Maka melihat kaum Sadum dan Gamurah yang sudah makmur dan mulai melupakan agama, Iblis merasa punya kesempatan untuk menjerumuskan kaum tsb semakin jauh. Awalnya penduduk Sadum Gamurah merupakan kaum yang taat dan rajib beribadah, banyak bersyukur atas anugerah dari Allah swt.
Pada suatu hari Iblis mewujudkan idenya. Ia menjelma menjadi seorang anak kecil seakan-akan sedang berduka ditinggal ayah dan ibunya yang baru meninggal dunia. Anak kecil terus bersedih dan menangis-nangis di tepi jalan. Maka lewatlah seseorang, calon mangsa. Karena kasihan anak kecil itu dibawa pulang dan diberi makan serta tempat tidur.
Namun anak kecil itu tidak juga tenang dan masih suka menangis karena kehilangan orang tuanya. Katanya, biasanya ayahnya suka memeluknya kalau sedang kedinginan begitu. akhirnya lelaki tsb pun menuruti permintaan anak kecil tsb.
Iblis mulai memainkan tipuannya. Ketika sedang dipeluk itu, Iblis melakukan sesuatu yg membuat syahwat si lelaki tersebut naik dan terjadilah pelecehan seksual tapi anak kecil itu malah menikmati. Hal ini menjadi kebiasaan lelaki tsb, dan terus menular menjadi kebiasaan masyarakat Sadum Gamurah termasuk para remajanya.
hari berganti hari, bulan berganti tahun, penyakit masyarakat itu semakin parah. Nabi Luth selaku tokoh agam semakin gelisah dan hampir menyerah. Ketika itulah para malaikat yang dilangit gerah melihat perilaku kaum Sadum.
Akhirul cerita, pada malam dini hari terjadi gempa dahsyat yang menjungkirbalikkan negeri yang makmur tsb.

Hikmah Penjajahan oleh Bangsa Eropa di Nusantara


NKRI lahir berkat penjajahan oleh bangsa Eropa di Nusantara selama lebih dari 400 tahun.
Seandainya tidak ada penjajahan tsb, mungkin NKRI tidak akan ada.
450 tahun lamanya kerajaan2 di Nusantara berproses untuk bersatu dibawah payung NKRI termasuk banyak kesultanan dan kedatuan.
Berikut Negara2 yang eksis ketika penjajahan tsb:
1. Negara Pasai Aceh
2. Negara Aceh Darussalam
3. Negara Malaka
4. Negara Federasi Minangkabau (termasuk didalamnya Negara Pagaruyung dan Negara Indrapura serta negara2 kecil lainnya)
5. Negara Johor
6. Negara Riau Lingga
7. Negara Jambi
8. Negara Palembang
9. Negara Banten
10. Negara Pajajaran
11. Negara Mataram
12. Negara Banjar
13. Negara Kutai Kertanegara
14. Negara Ternate
15. Negara Tidore
16. Negara Gowa-Tallo
17. Negara Bone Wajo dll
18. Negara Bali
19. Negara Sumbawa
dan banyak negara2 kecil lainnya berbentuk kerajaan, kesultanan ataupun kedatuan.
Puluhan negara2 inilah yg kemudia bersatu melawan penjajah lalu menjadi sebuah negara yg disebut NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tuesday, December 12, 2017

Cukup sudah di Fesbuk...

Sudah cukup lama saya berfesbuk ria. Sudah banyak grup fesbuk yang diikuti dan yang dibuat. Bahkan ada grup yang anggotanya sudah mencapai puluhan ribu orang. Ada grup yang aktif dan ada grup yang sepi. Begitu pula halaman fesbuk (Fanfage) yang saya buat, sudah cukup banyak. Ada banyak pengalaman berinteraksi, berdiskusi dan berkomunikasi dengan banyak orang walaupun sebagian besar di dunia maya saja. Namun dari grup-grup tersebut kita pernah melakukan kopi darat atau perjumpaan di dunia nyata dengan beberapa orang. Dari grup fesbuk sekarang tren sedang beralih ke Whatsapp Group, sedang ramai sekarang ini

Status di Fesbuk sudah terhitung lagi banyaknya semenjak tahun 2009 hingga sekarang. Belum sempat untuk meninjau ulang semua status tersebut. Begitu pula sebagian besar grup-grup fesbuk sudah jarang dilihat dan ditengok.
Diantara Grup Fesbuk yang pernah dibuat:
1. Grup Jalan Tembus Bayang - Alahan Panjang (sudah tidak ditinjau lagi).
2. Grup Jalan Tembus Kambang - Muaro Labuh (sudah tidak ditinjau lagi)
3. Grup Nagari Kapelgam (sesekali masih aktif)
4. Grup Malayu Suwarnabhumi (sudah tidak sempat meninjau lagi)
5. Grup Diskusi Intelektual Sunni-Syi'ah (sempat keluar dan sekarang sudah sepi)
6. Grup Belajar Dialek dan Bahasa Minang (masih aktif tapi tidak seramai dulu lagi, anggotanya sudah puluhan ribu orang)
7. Grup Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu (pernah keluar dan sudah tidak tahu lagi perkembangannya).

Dan masih banyak grup yang terlupakan. Tapi ada salah satu Grup yang saya ikut menjadi admin utamanya adalah Grup KKDM (Kerajaan-kerajaan di Minangkabau) yang dulunya dibuat oleh Bapak Yulizal Yunus, dosen IAIN dan staf ahli Pemda Pessel juga pemilik Blog Wawasan Islam Nusantara di Wordpress. Grup ini pun sudah sepi dari diskusi karena sudah tidak ada sumber informasi yang lebih segar, hanya "memutar kaset lama" kata orang.

Demikian pula beberapa halaman fesbuk yang pernah saya buat:
1. Halaman Bahaso Minang (masih banyak peminatnya)
2. Halaman Lubuk Gambir
3. Halaman Tour de Indonesia
4. Halaman Rajo Panghulu Bandaro Sati (khusus masalah adat)
5. Halaman Syafroni Malin Marajo
6. Halaman Sjafronie Djamaloes Djosannoech
7. Halaman2 lainnya masih banyak

Sekarang saatnya untuk lebih serius di Blog Spot saja. Tiap-tiap grup dan halaman yang saya buat diatas ada latar belakang pendorongnya dan memiliki kisahnya masing-masing.

Monday, December 11, 2017

Takkan Melayu hilang di bumi

"Takkan Melayu hilang di bumi" atau "Takkan Melayu hilang di dunia". Demikian orang-orang Melayu meneriakkan slogan kebanggaan mereka. Slogan tersebut menunjukkan keyakinan sekaligus harapan orang Melayu bahwa Melayu takkan hilang di dunia ini, akan selalu ada sepanjang masa. Kenapa slogan seperti ini bisa muncul? Tentu ada sebab karenanya.
Sebagaimana fakta hari ini, bisa kita baca di berbagai sumber, buku-buku atau situs-situs internet, bisa kita ketahui bahwa Melayu itu saat ini tidak pernah disebut utuh, akan tetapi sudah berupa pecah-pecahan Melayu, ada Melayu Deli, Melayu Serdang, Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Palembang, Melayu Banjar, Melayu Brunei, Melayu Semenanjung atau Melayu Malaysia. Ada juga yang menyebut Melayu Betawi. Antara satu Melayu dengan Melayu lainnya tidaklah sama atau ada perbedaan-perbedaan dari segi adat budaya, bahasa dan tentunya sejarahnya serta kerajaan-kerajaan pendukungnya. Berbeda dengan Jawa atau sebutan orang Jawa, boleh dikatakan hanya ada satu suku Jawa saja walaupun secara propinsi terbagi menjadi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Jogja tapi mereka tetap satu Jawa dan populasinya terbanyak di Indonesia, hampir 50 persen, demikian menurut sebuah data statistik, yang kebenarannya wallahu a'lam tapi hampir dipastikan setiap pemilu atau pemilihan kepala negara selalu dimenangkan oleh orang Jawa. Begitu pula suku Sunda, hanya ada satu suku Sunda saja dan populasi mereka juga nomor dua di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan populasi orang Melayu di Indonesia? Karena terpecah-pecah menjadi Melayu ini Melayu itu maka masing-masingnya berjumlah sekian persen saja, tidak satu suara.
Barangkali dari alasan fakta inilah kemudian orang Melayu digugah dengan sebuah slogan bahwa Melayu takkan pernah hilang dari peredaran, dari dunia ini. Melayu harus bersatu dan berusaha melestarikan budayanya. Melayu tidak boleh kehilangan jati diri budayanya. Walaupun pepatah mengatakan "dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung" namun adat budaya jangan sampai hilang.

Sunday, December 10, 2017

Asal Usul Negeri Inggris

Berbicara sejarah Inggris kuno tak akan bisa dilepaskan dari pembicaraan mengenai suku-suku kuno yang melahirkan nama Inggris di kemudian hari. Suku-suku tersebut adalah suku Anglo, suku Sakson dan suku Briton. Nama suku Briton menghasilkan nama Kerajaan Britania Raya ( The Great Britain). Begitu pula nama Anglo menghasilkan nama daratan Anglo atau England serta bahasa Inggris yang disebut English yang juga berarti orang Inggris. Nama Anglo seringkali dikaitkan dengan nama Sakson. Orang Jepang menyebut Inggris dengan "Igirisu" (baca : Igiris), sedangkan orang Indonesia dan Malaysia menyebut Inggris diadopsi dari pengucapan untuk English (Ingris). Sedangkan orang Arab menyebut mereka Injilis.


1. Anglo


Angeln modern (baca : Enjelen), juga dikenal sebagai Anglia (dalam bahasa Jerman disebut Angeln, dalam bahasa Denmark disebut Angel, dan dalam bahasa Latin disebut Anglia), adalah semenanjung kecil di Southern Schleswig (Schleswig Selatan) di utara Schleswig-Holstein, Jerman, menonjol ke Teluk Kiel. Hal ini terpisah dari semenanjung tetangga Schwansen (Denmark: Svans atau Svansø) oleh inlet Schlei, dan dari pulau Denmark Als oleh Forde Flensburger (“Firth of Flensburg”). Apakah Angeln kuno sama dengan wilayah ini, tidak dapat dipastikan. Mungkin agak lebih besar, namun sumber-sumber kuno sepakat bahwa itu termasuk wilayah Angeln modern. Angeln memiliki makna jauh melampaui daerah saat ini, wilayah dan negara yang kecil, dalam hal itu diyakini telah menjadi kampung asli dari suku Angles, imigran Jerman di tengah dan utara Inggris, dan East Anglia. Migrasi ini menyebabkan tanah air baru mereka, dari mana nama “Inggris” berasal. Baik Inggris dan bahasa Inggris, akhirnya nama mereka berasal dari Angle dan Angeln.

Seputar Nama

Dalam sebuah teori, nama Angles berasal dari kata Jerman untuk kata “sempit” (bandingkan dengan bahasa Jerman ind = “sempit”), dan berarti “orang yang tinggal di samping [air] Sempit”, yaitu di samping Muara Schlei. Akar kata menjadi * angh-, yang berarti “ketat”.

Kata Engel dalam bahasa Jerman berarti “malaikat”, tapi digunakan untuk menunjukkan wilayah yang mereka duduki (Anglia). Teori yang paling umum adalah bahwa Angeln itu sendiri berarti “kail”, seperti memancing ikan. Banyak kamus etimologis terkemuka mengatakan akarnya. Julius Pokorny, ahli bahasa Indo-Eropa yang utama, berasal dari * ang-, “tikungan”. Artinya Anwohner der Holsteiner Bucht, “warga di Teluk Holstein”. Masalah dengan derivasi ini adalah bahwa Hukum Grimm tampaknya tidak berlaku untuk itu. Teori bahwa “Angeln” mengacu pada bentuk lahan yang menyerupai kail akan diperlukan kemampuan pembuatan peta maju dengan masyarakatnya, dan dengan demikian menyesatkan.

Angeln terletak di gelung besar yang menghubungkan pantai Baltik ke Jutlandia, terutama Teluk Kiel (Kieler Bucht), namun bisa dipandang sebagai Holsteiner Bucht.

 Angles adalah bagian dari Federasi Ingaevones, dengan nenek moyang mereka dan mitos dewa kesuburan Yngvi, dan kedua istilah itu mungkin juga berbagi akar yang sama (inglish -> anglish), mengatakan sebagai asal usul dari federasi. Pokornya menunjukkan kemungkinan penggunaan ini secara etimologis dalam nama kuno lainnya, seperti Hardanger dan Angrivarii.


2. Sakson


Saxon (Latin: Saxones, Inggris Kuno: Seaxe Old Saxon: Sahson, Jerman Rendah: Sassen) adalah suatu konfederasi dari suku-suku Jermanik di Jerman Utara polos, yang selama Abad Pertengahan bermigrasi ke Kepulauan Inggris dan merupakan bagian dari Anglo -Saxon.

The Saxon adalah suku awalnya Ingvaeonic, yang paling awal daerah yang dikenal dari pemukiman Utara Albingia, daerah sekitar bahwa dari Holstein modern. Daerah ini tumpang tindih daerah Angles, sebuah suku yang mereka seringkali terkait erat. Saxon berpartisipasi dalam penyelesaian Jermanik dari Inggris selama dan setelah abad kelima. Tidak diketahui berapa banyak bermigrasi dari benua itu ke Inggris, meskipun perkiraan untuk jumlah pemukim Anglo-Saxon sekitar dua ratus ribu [1] Selama abad pertengahan, karena rute perdagangan internasional Hanseatic dan migrasi kontingen selama Abad Pertengahan. , Saxon dicampur dengan dan berpengaruh kuat pada bahasa dan budaya dari Jermanik Utara dan Baltik dan masyarakat Finlandia, dan juga atas Slavia Polabian dan Barat Pomeranian Slavia orang.

Pada abad ke-18, setelah membuat Revolusi Industri, Saxon modern telah menetap di wilayah di seluruh dunia, terutama di Amerika Utara, Australia, Afrika Selatan, Brasil Selatan dan di daerah dari Uni Soviet, dan dialiect mereka yang paling menonjol, Inggris , menjadi bahasa utama wacana internasional dan lingua franca di banyak bagian dunia.

Secara Etimologis

Setelah kejatuhan Henry Singa dan perpecahan berikutnya dari kadipaten Saxon suku ke beberapa wilayah, nama kadipaten Saxon dipindahkan ke tanah dari keluarga Ascanian. Hal ini menyebabkan perbedaan antara Lower Saxony, tanah diselesaikan oleh suku Saxon, dan Upper Saxony, sebagai kadipaten (akhirnya kerajaan). Ketika Atas dijatuhkan dari Upper Saxony, sebuah wilayah yang berbeda telah memperoleh nama Saxon, akhirnya mengganti makna asli nama itu.

Finlandia dan Estonia telah mengubah penggunaan mereka terhadap istilah Saxony selama berabad-abad untuk menunjukkan seluruh negeri dari Jerman (Saksa dan Saksanmaa masing-masing) dan Jerman (saksalaiset dan sakslased, masing-masing) sekarang. Dalam pedagang tua Finlandia saksa arti kata itu, seperti dalam voisaksa kata (penjual mentega) dan kauppasaksa (perjalanan salesman). Dalam Estonia Saks berarti seorang bangsawan atau, bahasa sehari-hari, orang kaya atau berkuasa.

Label “Saxon” (dalam bahasa Rumania “Sasi”) juga diterapkan untuk pemukim Jerman yang bermigrasi pada abad 13 hingga tenggara Transylvania.

Dalam bahasa Celtic, kata untuk kebangsaan Inggris berasal dari kata Saxon. Contoh yang paling menonjol, sering digunakan dalam bahasa Inggris, adalah kata pinjaman Gàidhlig Sassenach (Saxon), sering digunakan meremehkan di Scottish Inggris / Skotlandia. Ini berasal dari makna Sasunnach Skotlandia Gaelik, awalnya, “Saxon”, dari “Saxones” Latin, melainkan juga sebelumnya diterapkan oleh Highlanders untuk (non-berbahasa Gaelic) dataran rendah [2] Seperti yang digunakan oleh Skotlandia atau Inggris-Skotlandia. pembicara hari ini biasanya digunakan dalam bercanda, sebagai istilah (ramah) dari penyalahgunaan. Inggris Oxford Dictionary (OED) memberikan 1771 sebagai tanggal penggunaan tertulis paling awal dari kata dalam bahasa Inggris.

Sasanach, kata Irlandia-bahasa untuk seorang Inggris, memiliki derivasi yang sama, jangan kata yang digunakan dalam Welsh untuk menggambarkan orang Inggris (Saeson, bernyanyi Sais.) Dan bahasa Inggris dan hal secara umum: Saesneg dan Seisnig. Kata-kata ini biasanya, namun hanya digunakan dalam bahasa Irlandia dan Welsh sendiri.

Cornish juga istilah Inggris Sawsnek dari derivasi yang sama. Beberapa Cornish diketahui menggunakan ekspresi ‘Meea navidna cowza sawzneck! ” berpura-pura ketidaktahuan dari bahasa Inggris. [3]

Inggris, pada Gàidhlig, adalah Sasainn (Saxony). Contoh lain adalah Saesneg Welsh (bahasa Inggris), Irlandia Sasana (Inggris), Breton saoz (pada) (bahasa Inggris, saozneg “bahasa Inggris”, Bro-saoz “Inggris”), dan Cornish Sowson (Inggris orang) dan Sowsnek (bahasa Inggris), seperti dalam vynnav terkenal ny saya kows Sowsnek! (Saya tidak akan berbicara bahasa Inggris!).

Selama kunjungan Georg Friederich Handel ke Italia, banyak dibuat menjadi rekannya dari Saxony; “! Hidup Saxon tercinta” khususnya, Venesia disambut kinerja 1709 nya opera Agrippina dengan teriakan Viva il caro Sassone, [4]


Kata juga bertahan sebagai nama keluarga Sass / Sass, Sachse dan Sachs. Nama pertama Belanda perempuan “Saskia” aslinya berarti “Seorang wanita Saxon” (perubahan “Saxia”).


3. Bahasa Inggris


Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya, dan termasuk rumpun bahasa Jermanik Barat. Bahasa ini berawal dari kombinasi antara beberapa bahasa lokal yang dipakai oleh orang-orang Norwegia, Denmark, dan Anglo-Saxon dari abad ke-6 sampai 10. Lalu pada tahun 1066 dengan ditaklukkan Inggris oleh William the Conqueror, sang penakluk dari Normandia, Perancis Utara, maka bahasa Inggris dengan sangat intensif mulai dipengaruhi bahasa Latin dan bahasa Perancis. Dari seluruh kosakata bahasa Inggris modern, diperkirakan ±50% berasal dari bahasa Perancis dan Latin.
Sejarah bahasa Inggris

Perkembangan bahasa Inggris biasa dibagi menjadi tiga masa:

    Bahasa Inggris Kuno atau bahasa Anglo-Saxon, 700 – 1066
    Bahasa Inggris Tengahan, antara 1066 – 1500
    Bahasa Inggris Baru, mulai dari abad ke 16

Bahasa–bahasa kerabat

Bahasa Inggris tergolong rumpun bahasa Jermanik, dan terutama dari cabang Jermanik Barat. Kerabat terdekatnya adalah bahasa Friesland. Selain itu bahasa Belanda (termasuk pula bahasa-bahasa Jerman hilir lainnya) juga masih dekat. Bahasa Jerman (Bahasa Jerman hulu) agak lebih jauh lagi.

Tetapi dari semua bahasa Jermanik, bahasa Inggris adalah bahasa yang paling lain secara tatabahasa dan kosakata. Kosakata bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh bahasa Perancis, yang masuk melalui penaklukan bangsa Norman dan belakangan melalui penggunaan bahasa Perancis sebagai bahasa resmi selama beberapa abad di lingkungan pemerintahan.
Status bahasa

Bahasa Inggris adalah bahasa pertama di Amerika Serikat, Antigua dan Barbuda, Australia,Bahama, Barbados, Bermuda, Britania Raya, Guyana, Jamaika, Saint Kitts dan Nevis,Selandia Baru dan Trinidad dan Tobago.

Selain itu bahasa Inggris juga merupakan salah satu bahasa resmi di organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Olimpiade Internasional, serta bahasa resmi di berbagai negara, seperti di Afrika Selatan, Belize, Filipina, Hong Kong, Irlandia, Kanada,Nigeria, Singapura, dan lainnya.

Di dunia bahasa Inggris merupakan bahasa kedua pertama yang dipelajari. Bahasa Inggris bisa menyebar karena pengaruh politik dan imperialisme Inggris dan selanjutnya Britania Raya di dunia. Salah satu pepatah Inggris zaman dahulu mengenai kerajaan Inggris yang disebut Imperium Britania (British Empire) adalah tempat “Matahari yang tidak pernah terbenam” (“where the sun never sets”).

Sejarah Nagari Punggasan, Bandar Sepuluh, Pesisir Selatan

Berikut sebuah artikel dari Blog Andiko Mancayo di website Opera mengenai asal usul Nagari Punggasan:

Pada suatu waktu datang rombongan dari Indrapura, melewati nagari Punggasan menuju Pagaruyung untuk suatu keperluan. Rombongan yang merupakan utusan Tuangku Muhammad Syah (Regen Indrapura) melalui Air Haji terus ke bukit Laban, tembus ke Limau Antu, kemudian mengilir sampai ke Parit Panjang. Didaerah Parit Panjang, rombongan diserang kerbau liar sehingga jatuh korban seorang dubalang Tuangku Muhammad Syah. Dubalang tersebut dikubur di pandam pekuburan di Tandikek Ambacang. Untuk mengusut kejadian tersebut maka datang Tuangku Muhammad Syah dari Indrapura dengan diiringi oleh Tuangku Imam dari Air Haji.

Momen tersebut juga digunakan oleh Tuangku Muhammad Syah, untuk mengangkat / menyusun kepemimpinan adat di Nagari Punggasan. Pimpinan rombongan /ninik mamak yang berempat jalan diulu diangkat menjadi pucuk sukunya masing-masing. Kemudian ninik mamak nan batujuah jalan kudian diangkat pula menjadi pucuki suku masing-masing. Kemudian Tuangku Muhammad Syah sekaligus mengangkat sandi masing masing suku yaitu sandi suku Malayu empat orang, sandi Suku Kampai empat orang, sandi suku Lareh Nan Tigo tiga orang dan sandi suku Panai tiga orang, sehingga jumlah ninik mamak di Nagari Punggasan menjadi 18 orang. Istilah sandi pucuk suku kemudian berubah menjadi istilah Andiko Gadang.

Seiring dengan peristiwa diatas kemudian lahir istilah ; Malayu Nan IV Niniak-V dengan Pucuaknyo, Lareh Nan III-IV dengan Pucuaknyo, Kampai Nan IV Buah Paruik-V dengan Pucuaknyo dan Panai Nan III Ibu-IV dengan Pucuaknyo, sehingga berjumlah 18 orang ninik mamak yang kedepannya menentukan haluan pemerintahan adat di Nagari Punggasan.

Seiring dengan pertambahan penduduk, maka diangkat pula ninik mamak yang langsung berhubungan dengan anak kemenakan atau disebut dengan Andiko Ketek. Sehingga struktur ninik mamak di Nagari Punggasan menjadi “Bajanjang Naik-Batanggo Turun”. Mulai dari Andiko Ketek, terus ke Andiko Gadang dan terkahir berujung ke Pucuk Suku maupun sebaliknya. Masa ini disebut dengan pemerintahan masa Adat.

b. Pemerintahan Masa Belanda

Pada perkembangan selanjutnya terjadilah pertikaian dalam Nagari Punggasan dimana antara suku yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan. Untuk mengamankan keadaan maka dicarilah salah seorang yang paling disegani untuk meredakan suasana dan diberi jabatan “Ketua Adat”. Jabatan tersebut kemudian diisi oleh Si Manju DT. Tan Barain, salah seorang ninik mamak urang nan bajalan di pasiah nan panjang (Orang yang di hilir). Beliaulah yang pertama kali menjadi Pucuk Bulat pemerintahan adat di Nagari Punggasan yang disebut dengan “ Ikek Bulek, Payuang Sakaki”. Walaupun sudah ada Ketua Adat, pertikaian antar suku tidak juga teratasi.

Pada bulan April tahun 1690 M, empat orang pangulu di Kanagarian Punggasan menemui belanda di Pulau Cingkuak, Painan. Maksud kedatangan pangulu tersebut adalah untuk meminta bantuan Belanda untuk meredakan suasana dan mengembalikan kekuatan para pangulu di Kanagarian Punggasan. setelah selama empat hari berunding dengan panglima Belanda yang bernama Pieter, maka Belanda setuju untuk ikut campur urusan Nagari Punggasan.

Tindakan pertama yang dilakukan Belanda adalah mengubah istilah Ketua Adat menjadi istilah “Puncak “ yang artinya sangat tinggi dan sangat dimuliakan. Pada perkembangannya, istilah Puncak berkembang menjadi “Pamuncak” dan terkahir menjadi “Muncak”. Setelah sekian lama berubah lagi menjadi istilah “Kepala Nagari”. Sejak itulah fungsi Ketua Adat diambil oleh Kepala Nagari. Pada masa perubahan Jabatan Ketua Adat menjadi Kepala Nagari tersebut disyaratkan bahwa yang akan menjadi Kepala Nagari haruslah dari Pucuk Suku.

Beberapa orang yang pernah menjadi Kepala Nagari Di Kanagarian Punggasan adalah sebagai berikut:

1. Doeri DT. Tan MaruhunTahun 1837-1860

2. Laram DT. Tan BatuahTahun 1860-1873

3. Saidi DT. Majo Dirajo (Muncak Gapuak) Tahun 1873-1883

4. Abdul Kadir DT. Bagindo Tan Ameh (Muncak Pensiun)Tahun 1883-1892

5. Adam DT. Tan Batuah Tahun 1892-1981

6. Ma’i DT. Bagindo Tan AmehTahun 1919-1922

7. Narus DT. Tan MaruhunTahun 1922-1942*

8. MundoTahun 1942-1945

9. H. Abdul RahmanTahun 1945-1950

10. H. M. Sunar DT. Tan BatuahTahun 1963-1967

11. Abusalam Talangai SatiTahun 1967-1970

12. H. M. SongerTahun 1970-1973

*Narus DT. Tan Maruhun diakhir tahun 1942 dipecat oleh Jepang

c. Masa Pemerintahan Republik Indonesia.

Tanggal 12 Mei 1946 keluar maklumat Residen Sumatera Tengah yang menyatakan jabatan Kepala Nagari berubah menjadi Wali Nagari. Kedudukan pangulu suku dan pengulu lainnya dihapus dan diganti dengan Dewan Perwakilan Nagari (DPN). Pada saat itu di Nagari Punggasan sebanyak 30 orang yang dipilh dari cerdik pandai dan pangulu-pangulu yang ada dinagari punggasan.

Pada tanggal 10 Juni 1946 di Nagari Punggasan diadakan pemilihan umum untuk memilih Wali Nagari. Setelah pemilu berakhir, terpilihlah H. Abdul Rahman sebagai Wali Nagari Punggasan. Untuk membantu Wali Nagari diangkat 5 orang Dewan Harian Nagari (DHN) yang bertugas sebagai tata usaha. Disamping itu diangkat pula Komite Nasional dan seorang Ketua Pemuda. Untuk mengurus rakyat secara langsung, diangkat Wali Kampung. Pada masa agresi ke II Belanda diangkat pula seseorang yang mempunyai jabatan sebagai Wali Perang.

Setelah pemulihan keamanan, status pemerintahan di Nagari Punggasan dirubah. Wali Nagari dihapuskan dan diganti dengan Jurai. Nagari Punggasan pada masa itu terdiri atas tiga Jurai yaitu:

1. Jurai Gunung Sakti, dipimpin ole Yazid DT. Maharajo Dirajo

2. Jurai Bukit Sarai, dipimpin oleh Jabar DT. Bandaharo Panjang

3. Jurai Bungo Karang, dipimpin oleh Chairuman DT. Rajo Indo

Diatas Jurai terdapat Wali Wilayah yang statusnya sama dengan Camat pada saat ini. Jurai ternyata tidak juga bertahan lama dan beberapa waktu kemudian kembali lagi ke Wali Nagari.

4. Susunan Pemerintahan Adat Nagari Punggasan

Orang Tua Adat:

1. H. M. Sunar Dt. Tan Batuah

2. Kasip Dt. Tan Barain

Ketua: 1. Jamaluddin Dt. Majo Ayo

Ketua II: 2. Jama’an Dt. Rajo Panghulu

Sekretaris: 3. Hasan Basri Dt. Rajo Adil

Sekretari II : 4. Ajis Syam Wk. Dt. Bagindo Rajo

Bendahara : 5. Sukarnison Dt. Rajo Mangkuto

Bagian seksi-seksi :

Seksi Kekayaan Nagari

1. Ketua : Pamas Dt. Majo Dirajo

2. Wk. Ketua: Ahmad Nurdin Wk. Bandaro Panai

3. Anggota: Hadis Dt. Dio Nan Sati

Anggota: Arif Wk. Imam Batua

Anggota: Yusmaniati

Anggota: Kepala Desa Pasa Punggasan

Seksi Perdamaian Adat

1. Ketua: Alis Dt. Mangkuto Basa

2. Wk. Ketua: B. Dt. Rajo Mudo

3. Anggota: Busmal Dt. Rajo Alam

Anggota: Kadir Dt. Tan Moliah

Anggota: Murni S

Anggota: Kepala Desa Punggasan Timur

Seksi Pembinaan Adat dan Pengembangan Adat :

1.Ketua: Siri Dt. Bdr Putiah

2.Wk. Ketua:

3.Anggota : Mak Ukir Manti SM Dirajo

Anggota : Enek Manti Melayu IV Niniak

Anggota : Syahril Labai Mandaro

Anggota : Kepala desa Punggasan Utara

Seksi Peningkatan Kesejahteraan Anak Nagari:

1.Ketua: Syair Dt. Tua

2.Wk. Ketua: Jamaluddin Dt. Rajo Ayo

3.Anggota: Jadi Dt. Rajo Silayo

Anggota: Siam Dt. Rajo Bangkeh

Anggota: Gadi Alui

Anggota: Kepala desa Lagan G. Hilir

Seksi Keuangan Nagari

1.Ketua: Kasip Dt. Mulia

2.Wk Ketua: Tamar Dt. Bagindo Arab

3.Anggota: Dalas Rajo Lelo

Anggota: Rosna

Anggota: Nurjana. K

Anggota: Kasimar Manti Bdr Jambak

Anggota: Kepala Desa Padang IX Punggasan.

Dalam tatanan adat kenagarian Punggasan terdapat satu istilah yang menunjukkan status Ninik Mamak/strata Kepenghuluan di KAN Punggasan yang berbunyi “Ikek Ampek Payuang Sakaki” maksudnya Ketua Kerapatan Adat Nagari Punggasan dalam melaksanakan tugas serta fungsinya dibantu oleh empat orang ninik mamak yang berfungsi sebagai penghulu pucuk suku. Suku-suku di Kanagarian Punggasan, terdiri dari suku Malayu, Panai, Kampai, Chaniago, Jambak dan Sikumbang. Tetapi beberapa suku mempunyai satu pucuk yang sama seperti suku Chaniago, Jambak dan Sikumbang yang menghimpun diri dalam “Lareh Nan Tigo”.

Ketua KAN haruslah berasal atau dipilih dari penghulu pucuk atau setidak-tidaknya berasal dari keluarga pangulu pucuk suku atau lazim disebut dengan “Kaum Kapucukan”. Mengenai kedudukan “Urang Tuo Adat”, mempunyai fungsi sebagai penasehat bagi pelaksanaan tugas KAN. Orang yang diangkat menjadi Urang Tuo Adat adalah orang-orang yang disegani dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang adat maupun tentang segala aspek kenagarian Punggasan. Meskipun fungsinya hanya sebagai penasehat, namun dalam tataran pelaksanaannya adalah orang yang mempunyai pengaruh menentukan dalam nagari Punggasan atau setidak-tidaknya pengaruh terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan adat. Ketua KAN maupun Urang Tuo Adat haruslah bergelar Datuak.

Setingkat di bawah Pangulu Pucuk Suku, terdapat pangulu “Andiko Gadang” yang berfungsi sebagai Pengulu Kaum. Pada tingkat selanjutnya, pangulu Andiko Gadang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Pangulu “Andiko Ketek” yang dalam fungsinya bertindak sebagai pangulu di jurai-jurainya masing-masing. Pangulu Andiko Keteklah yang langsung berhubungan dengan anak kamanakan.

Disamping dibantu oleh Pangulu Andiko Gadang, Pucuk Suku juga dibantu oleh “Panungkek Pucuak Suku”. Panungkek Pucuak Suku bertugas untuk menggantikan pangulu Pucuk Suku apabila dia berhalangan atau apabila pangulu Pucuk Suku sudah uzur, maka segala tugas dan kewenangannya dijalankan oleh Panungkek Pangulu Pucuk Suku.

Selanjutnya dibawah ini data tentang jabatan-jabatan adat dalam Kenagarian Punggasan

Berikut suku, Pucuk Suku (kepala kaum) dan Andiko Gadang-nya:

1. suku Malayu IV Niniak, DT. Tan Bagindo Ameh

a. Malayu Tangah, Andiko Gadangnya DT. Tan Barain

b. Malayu Durian : DT. Marajo Pangulu

c. Malayu Koto Kaciak : DT. Dio Nan Sati

d. Malayu Beriang : DT. Rajo Silayo

2. suku Panai III Ibu, DT. Tan Batuaha. Panai Lundang : DT. Sampono Mudo

b.Panai Tangah : DT. Rajo Alam

c. Panai Tanjung: DT. Panji Alam Batuah

3. suku Kampai Nan IV Buah ParuikDT. Tan Maruhuna. Kampai Sawah Laweh: DT. Mandaro Putiah

c.Kampai Tangah: DT. Bagindo Sulaiman

c. Kampai Bendang: DT. Magek Batuah

d. Kampai Nyiur Gading: DT. Tan Mangunsi

4. suku Lareh Nan Tigo DT. Bandaro Satia.

a. Suku Jambak: DT. Mangkuto Basa

b. Suku Sikumbang: DT. Rangkayo Basa

Untuk lebih lengkap, dibawah ini dituliskan data tentang jabatan-jabatan adat lain pada tingkat suku yaitu suku Malayu Nan IV Niniak.

Pucuak Suku Malayu IV Niniak: DT. Bagindo Tan Ameh

Dubalang : Panduko Alah

Manti/Sambungan Kato : Sutan Sinaro

Panungkek pucuak Suku: DT. Rajo Adil

Andiko Ketek

1.DT. Rajo Bangke

2.DT. Rajo Rayo

3.DT. Pintu Langik

4.DT. Bagindo Rajo

5.DT. Mandaro Panjang

6.DT. Rajo Hitam

7.DT. Rajo Muliah

8.DT. Rajo Magek

9.DT. Lelo Mandaro

10.DT. Tuah

Malayu Tangah v

a. Andiko Gadang: DT. Tan Barain

b. Andiko Ketek: DT. Rajo Barain

c. Manti: Bagindo Barain

d. Dubalang: Panduko Barain

Malayu Durian v

a. Andiko Gadang: DT. Marajo Pangulu

b. Andiko Ketek: DT. Rajo Manang

c. Manti: Bagindo Manang

d. Dubalang: Panduko Manang

Malayu Koto Kaciak v

a. Andiko Gadang: DT. Dio Nan Sati

b. Andiko Ketek: DT. Rajo Api

c. Manti: Bagindo Api

d. Dubalang: Panduko Api

Malayu Beriang v

a. Andiko Gadang: DT. Rajo Silayo

b. Andiko Ketek: DT. Rajo Koto

c. Manti: Bagindo Koto

d. Dubalang: Panduko Koto

Sejarah Pariaman

Kota pelabuhan Pariaman beberapa abad lalu telah disinggahi pedagang-pedagang dari Nusantara maupun mancanegara. Saat itu orang Minangkabau di pedalaman Sumatra Barat memproduksi emas, kertas, madu, kemiri, serta hasil bumi lokal untuk dijual di pelabuhan. Awal abad ke-17, Sultan Aceh datang untuk mengusai tempat dan berikutnya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang menguasainya. Masyarakat Pariaman yang hidup menderita dalam penjajahan kemudian melakukan pemberontakan selama hampir satu abad untuk memaksa penjajah meninggalkan tempat yang indah ini.
Sejarah Pariaman sudah dimulai jauh sebelum kedatangan VOC. Catatan Tome Pires (1446-1524), yaitu pelaut Portugis dari Kerajaan Portugis di Asia mencatat adanya lalu lintas perdagangan antara India dan Pariaman, juga antara Tiku dan Barus. Pires juga mencatat perdagangan kuda di antara orang Batak dengan orang Sunda.
Menurut laporan Tomé Pires dalam Suma Oriental yang ditulis antara tahun 1513 and 1515[2], kota Pariaman ini merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatera. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berdagang emaslada dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya.
Tahun 1527, dua kapal dagang Prancis membawa, Jean dan Raoul Parmentier mengunjungi Pariaman dan berlabuh di Tiku serta Indrapura. Akan tetapi kedatangan mereka tidak meninggalkan catatan signifikan di wilayah ini. Tanggal 21 November 1600, untuk pertama kalinya, Belanda datang ke Pariaman dan Tiku di bawah pimpinan Paulus Van Cardeen yang berlayar ke arah selatan dari Aceh dan Pasaman. Cornelisde Houtman, salah satu pelaut Belanda juga pernah mengunjungi Pariaman kemudian pindah keselatan yaitu Sunda Kelapa atau Jakarta sekarang.
Tahun 1662, dibuat perjanjian antara VOC dengan pemimpin Minangkabau di Padang. Perjanjian yang kemudian di sebut Perjanjian Painan itu bertujuan untuk monopoli dagang di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas Salido. Sayang, rakyat Minang mengamuk pada tahun 1666 dan menewaskan perwakilan VOC di Padang bernama Jacob Gruys. Arung Palakka kemudian dikirim ke Minangkabau dalam ekspedisi yang dinamakan Ekspedisi Verspreet. Bersama pasukan Bone, ia berhasil meredam dan mematikan perlawanan rakyat Minangkabau hingga menaklukan seluruh pantai barat Sumatera, termasuk memutus hubungan Minangkabau dengan Aceh. Kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman. Di tempat inilah,Arung Palakka diangkat sebagai Raja Ulakan.
Arung Palakka sangat populer sebab berhasil menaklukan Sumatra dan membumihanguskan perlawanan rakyat Minangkabau terhadap VOC. Arung Palakka menyimpan dua sisi diametral, di satu sisi hendak membebaskan Bone, namun di sisi lain justru menaklukan daerah lain di Nusantara
Tahun 1670, kota Pariaman berhasil direbut oleh VOC (Belanda) dari tangan Aceh. Tapi semenjak dibangunnya pelabuhan Teluk Bayur di kota Padang, maka pamor pelabuhan dan kota Pariaman menjadi mundur.
Tahun 1686, catatan W. Marsden menyebut bahwa orang Pryaman atau orang Pariaman telah melakukan kontak dengan Kerajaan Inggris. Saat itu, dipimpin Raffles, orang-orang India dalam kesatuan tentara Sepoy dari British Raj, dibawa ke kota pelabuhan tersebut. Orang-orang Sepoy dari India inilah yang kemudian memperkenalkan tradisi Muharram kepada penduduk setempat dengan nama Tabuik. Meskipun kontak tersebut tidak terlalu intensif tetapi telah meninggalkan jejak yang kemudian berkembang menjadi salah satu warisan budaya bernama Tabuik.
Tahun 1795, angkatan perang Inggeris mendarat dan segera dapat merebut pos-pos Kompeni (V.O.C) di Padang tanpa perlawanan yang berarti. Dengan jatuhnya pos-pos Belanda di Padang, maka pos-pos mereka di daerah pesisir seperti di Salido, Painan, Pariaman dan Tiku juga menyerah pada Inggeris.

Menelusuri Jejak Sejarah Indrapura

Dikabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat yang terletak di selatan kota Padang, teptnya di kecamatan Pancung Soal, yang berbatasan dengan sungai penuh dan Bengkulu, terdapat peninggalan sejarah yang masihmisteri dan sepi dari informasi yakni Indrapura.
Pertama kali muncul nama kerajaan Inderapura dalam sebuah kertas kerja yang ditulis oleh Djanuir Chalifah Indra dengan judul; Sejarah Kerajaan Inderapura tahun 1970 [2]. Namun jauh sebelum itu klerks telah mencatat keberadaan pemerintah kesultanan Inderapura berkenaan dengan perjanjian perbatasan dalam bukunya; keterangan Geografi dan Etnologi dari daerah Kerinci, Serampas dan Sungai Tenang, 1890.
Indrapura menjadi menarik perhatian ketika Rusli Amran [3] menulis tentang kehancuran kerajaan ini, dan menilainya sebagai cerita sedih.
Dari semua cerita tentang Kerajaan Indrapura tersebut belum dapat menjelaskan secara utuh tettang pemerintah Indrapura, sehingga pemerintah Indrapura tetap menjadi misteri dan tanda Tanya bagi masyarakat dan berbagai kalangan.
Disini penulis mencoba menguak misteri dan menjawab tanda tanya tersebut dengan menulis tentang kerajaan Indrapura berdasarkan Manuskrip Pemerintah Usali Kesultanan Inderapura sebagai sumber sejarah yang nyata dan otentik.
Negeri Indrapura di Pesisir Selatan

1.1.  Asal nama Indrapura
Secara etimologis ada beberapa pendapat tentang asal usul nama indrapura [4]. Indra berarti dewa, yakni dewa tertinggi Batara Indra atau Dewa Indra, Sri Maharaja Indra Dewa. Pura artinya tempat atau negeri. Jadi Indrapura adalah negeri tempat kedudukan Dewa Indra, Negeri Sri Maharaja Indra warman Dewa.
Pendapat lain mengatakan bahwa kosakata indra berasal dari indra sejati, menjadi indrajati dan berubah bunyi menjadi Indojati, berarti Raja Asli, Raja Sejati, sementara Pura berasal dari kata Puro artinya Uncang, atau kantong tempat batu-batu permatamilik raja. Dalam riwayatnya dikatakan puro raja tersebut jatuh kedalam air, hilang dan tidak ditemukan lagi, maka air tersebut dengan lokasi tempatnya disebut Air Puro yang akhirnya negeri tersebut kemudian berubah nama menjadi Indrapura yang lidah masyarakat Indrapura menyebutnya indopuro / Indopugho yang artinya puro raja atau puro dewa .

1.2. Tinjauan Geografis
Bila kita dari Padang, Lebih kurang 40 Km sebelum Lunang dalam kecamatan Pancung Soal Pesisir Selatan, lalu berbelok kekanan, lebih kurang 10 Km kedalamnya, disitulah letaksebuah nagari yang sekarang masih bernama indrapura. Diujungnya mengalir sebuah sungai yang pada zamannya memilki pelabuhan sendiri yang bernama Muara Sakai . Kapan kita menghiliri sungai itu dari Muara Sakai Indrapura dengan menumpang sebuah perahu boat, sekitar setengah jam kemudian kita akan sampai dimuaranya yang bertemu dengan laut pantai barat Sumatra. Dahulunya teluk yang terdapat dimuara sungai ini merupakan pelabuhan tertua di jalur pesisir barat sumatera yang dikenal dengan pelabuhan Samuderapura.
Ada sebuah desa nelayan, disamping kiri muara sungai ini bernama desa Pasir Ganting,didepan dan kanan muara kita melihat delta-delta yang diapit sungai-sungai kecil diantara sungai besar lainnya yang juga bermuara kesitu. Diujungnya terjadi pertemuan dua muarasungai besar. Satu sungai yang mengalir dari Muara Sakai Inderapura, yang satu lagi dating dari arah negeri Air Haji dengan muaranya bernama Muara Bantayan.
Pertemuan dua muara ini, antara Muara sakai Indrapura dan muara Bantayan disebut penduduk setempat dengan nama Muara Gedang. Didepan Muara Gedang ini ada pulau-pulau kecil yang dinamakan Pulau Raja dan Pulau Putri. Delta-delta yang disebut pelokan Hilir dan Pelokan Mudik hanya merupakan hutan belantara yang tak berpenghuni, seperti pulau-pulau kosong. Itulah bagian arah kelaut dari negeri Inderapura denga tanah sawah yang luas namun penuh rawa ketenggelaman zaman.
Dilihat dari Minangkabau yang berpusat di Pariangan sekitar lereng Gunung Merapi, Indrapura merupakan negeri yang terletak paling selatan, pantai pesisir barat Sumatera Barat. Sekarang Inderapura hanya sebuah kanagarian dikabupaten pesisir selatan yang dipimpin oleh seorang Wali Nagari. Penduduk yang mendiami negeri ini terdiri dari suku melayu asli yang disebutMelayu Tinggi Kampung Dalam, melayu Gedang, Sikumbang, Caniago, Tanjung dan lain-lain suku minangkabau. Tetapi juga ada keturunan dari jawa seperti Gresik, Tuban, dan Bugis yang telah lebur menjadi masyarakat Indrapura Pesisir Selatan [5].

1.3. Misteri Sejarah
Indrapura, sebuah negeri yang diam namun menyimpan misteri yang tak terjamah sampai hari ini, berabad-abad tenggelam dalam kabut sejarah, luput dari intaian para anggota, terbenam dalam impian sang pewaris keturunan sultan-sultan dari sebuah bekas Kerajaan Kesultanan Islam tertua. Setidak tidaknya sama tuanya dengan ketuaan masuk dan berkembangnyaagama Islam itu sendiri di samudera nusantara ini, yang punah dinegeri sendiri.
Pernah merupakan kerajaan yang luas membentang keutara samapai-sampai melewatiPadang, Paraiaman, Tiku, Air Bangis, dan Maeulaboh, keselatan sampai Sungai hurai,meskipun formal bagian dari Minangkabau yang berpusat di Pagarruyung, tetapi praktis berdiri sendiri, merdeka tanpa ikatan apapun.
Balahan persaudaraan dan cucuran keturunan keturunannya bertebaran kemana-mana, diantaranya menurunkan Raja-Raja Islam yang juga berpangkat Sultan pada zamannya dan ada pula yang menjadi pemimpin-pemimpin negeri sejak dahulu sampai sekarang dikawasan Nusantara ini.
Menurut Ruli Amran [6], Indrapura adalah daerah yang dahulunya paling besar, penting, dan terkayapula di Pesisir Barat Sumatera Barat. Kita melihat mundurnya terus menerus Pemerintah ini dalam segala lapangan baik tentang daerah, ekonomi maupun pemerintahan. Disamping Belanda dan Aceh, Inggris pun memiliki minat yang besar sekali terhadap daerah ini. Namun dalam banyak hal, Inggris ketinggalan disbanding denga Belanda, tetapi khusus tentang Indrapura, Inggris gigih sekali berusaha menanamkan kekuasaan mereka disana.
Riwayat Indrapura adalah cerita kenangan sejarah yang diwarnai kepiluan dan kesedihan. Sejarah tidak banyak melukiskan terjadinya pemerintahan Kesultanan Inderapura di Pesisir Selatan ini. Juga tidak diketahui proses terbentuknya.    

1.4. Lada dan Emas sebagai sumber konflik
Lada, rempah-rempah dan emas adalah hasil terbesar dan sumber kekayaan dan kesuksesan Indrapura. Tetapi oleh lada dan emas itu pulalah Indrapura jatuh dan tak sanggup berdiri lagi.
Indrapura di incar dengan mata gelap oleh pemburu-pemburu emas Nusantara yang datang dari berbagai negeri. Bangsa Portugis dan Spanyol menjelajahi dunia untuk mencari emas, lalu mereka menelusuri pantai barat Sumatera mencari Pulau Emas itu disekitar Pulau Nias.
Bangsa Portugis mendengar cerita tentang Ilha De Ouro (pulau emas) pada awal abad 16 di India, lalu mereka berangkat menuju Sumatera. Peta dunia mereka pada tahun 1520 M, yang kini tersimpan di biblioteca Estense di Modena telah memasukkann Sumatera di dalamnya. [7]
Tercatat Diogo Pacheo sebagai orang Eropa pertama yang memasuki Sumatera, dengan ekspedisi yang telah diperlengkapi untuk pencarian Ophir, negeri Emas Nabi Sulaiman yang diperkirakan adalah salah satu dari gunung-gunung eams di Sumatera. Namun penduduk Sumatera tidak ada yang mau mengatakan dimana emas itu ada.
Banyak penulis berkisah tentang Raja Sulaiman yang mengirim armada Punisia pada tahun 945 SM ke gunung Ophir yang tetap menarik untuk petualang-petualang emas dinegeri sana, seperti yang diungkap oleh Nia Kurnia melalui artikel-artikel sejarah yang ditulisnya, begitupun dalam bukunya kerajaan Sriwijaya , Nia menulis bahwa dalam kitap Raja-Raja I pasal 9 tercantum keterangan bahwa anak buah Hiram, raja Tirus, berlayar ke Ophir untuk mencari emas, lalu Hiram mempersembahkan 420 talenta emas kepada Nabi Sulaiman.
Rahasia tambang emas sumatera tetap saja tersembunyi. Petualang-petualang pencari pulau emas telah menjadi sebuah misteri tersendiri, namun perburuan itu tetap saja bertahan. Sampai pada abad ke 17, beberapa diantaranya tidak lagi dapat dirahasiakan.
Selanjutnya dijelaskan dalam tulisan itu tentang tulisan Garbriel Ferrant dalam karyanya L’empire Sumatranais de Crivijaya mengutarakan bahwa masa Sriwijaya, pulau Sumatera disebut Swuvarnadvipa, Suvarnabhumi dengan ibu kotanya Suvarnapura yang berarti Pulau Emas, Bumi emas, Negeri emas sedang orang Tionghoa menamainya dengan Kincheou [8 ].
1.5. Indrapura, Sosok Pintu yang Rumit
Dari sekian banyak pelabuhan-pelabuhan emas dan rempah-rempah di Sumatera, khususnya yang dikunjungi petualang-petualang pemburu emas ke pantai pesisir barat Sumatera seperti Pancur,, Tiku, Pariaman, Sungai Nyalo, Tarusan, Bayang, salido, Kota Sepuluh, dan Bengkulu ternyata tidak banyak yang mengenal Indrapura.
Rusli Amran mencoba memberikan informasi tentang keberadaan Indrapura tetapi itu hanya berupa catatan peristiwa sejarah yang terjadi dimasa kompeni Belanda, Inggris dan juga Aceh, yang saling bersaing memperebutkan pengaruhnya di Sumatera Barat, Pesisir Barat Minangkabau waktu itu.
Begitupun kertas kerja tulisan Djanuir Khalifah St Indera tentang sejarah Kerajaan Inderapura yang disampaikan dalam seminar Sejarah dan Kebudayaan Minagkabau (1970) belumlah banyak mendapat tanggapan penulis-penulis sejarah, karena tidak ada bukti yang otentik.
Padahal Inderapura sebagai sebuah pemerintah Usali Kesultanan adalah sosok pintu yang rumit menutupi latar belakang tonggak-tonggak sejarah Islam Nusantara khususnya Islam Minangkabau di Sumatera Barat. Demikian juga tentang sejarah dan silsilah keturunan sebagian besar sultan-sultan yang berkuasa di berbagai kerajaan-kerajaan Islam Nusantara pada zamanya. Inderapura menyimpan banyak rahasia kesuksesan dan kekayaan pulau Sumatera. Terjepit antara kepentingan-kepentingan petualangan Portugis, Inggris, dan VOC Belanda yang kemudian mengkambing hitamkan Aceh.
Kesultanan Inderapura merupakan kunci yang memegang rahasia urat tunggang perjalanan sejarah Raja-raja Melayu Nusantara seperti; Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Bugis Makasar, Jogjakarta, Surakarta, Banten, Betawi, Siak Sri Indrapura, Sriwijaya, dharmasraya, Pariangan, Minangkabau, Pagarruyung dan Aceh yang kemudian menyebar ke daerah yang lain dikawasan nusantara ini. Runtuh dalam ketersembunyiannya, memendam rahasia sejati, namun tetap tegar dalam reruntuhannya, kaya dalam kerahasian, mistis dalam kepercayaan, namun miskin dalam keberadaan sejarah masa kini.
Raja terakhir Kerajaan Kesultanan Indrapura adalah Sultan Muhammad Bakhi gelar Sultan Firmansyah, yang memerintah pada 1860-1891. Sejak awal berdirinya tercatat abad IX sampai akhir abad ke XIX, berarti sejak pemerintah ini berdiri mampu bertahan keberhasilannya selam 10 Abad sebagai sebuah pemerintahan Kesultanan Islam di Nusantara ini.
Dari sisa-sisa peninggalan sejarah yang telah terkikis habis hanya manuskrip Ranji Silsilah Keturunan Kerajaan Kesultanan Indrapura yang masih tinggal dan dipelihara oleh ahli warisnya. Manuskrip ini cukup membuktikan kepad kita, bahwa daerah yang sekarang menjadi kabupaten Pesisisr Selatan Provonsi Sumatera Barat adalah bekas kerajaan Usali Kesultanan Indrapura memang menyimpan berbagai Misteri Sejarah Nusantara masa lalu.
Sebuah dokumen penting yang menjadi saksi keberadaan pemerintah Usali Kesultanan Indrapura dimasa lalu. Dokumen ini merupakan sebuah manuskrip yang isinya berupa uraian tentang Silsilah Keturunan Raja-raja dan Sultan-sultan Indrapura dimasa lalu. Barangkali hanya satu-satunya bukti otentik twertulis tentang keberadaan kerjaan Usali Kesultanan Indrapura di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.
Manuskrip ini secara tradisi disebut Ranji Melayu Tinggi, Ranji Tinggi Inderapura, Manuskrip ini berupa gulungan kertas dengan ukuran panjang sekitar 507 x 57,2 Cm. Disimpan dalam sebuah tabung yang terbuat dari seng plat berwarna coklat tua dengan ukuran panjang 65 Cm dan diameter 10 Cm.
Dalam manuskrip tersebut ada tulisan berupa karakter arab dengan hiasan garis-garis tebal bercabang-cabang sampai ke ujungnya yang berbentuk lingkaran menyerupai crop cycle / cakra dengan tinta warna merah, hitam, biru dan hijau. Ada sebanyak 203 buah lingkaran yang terdapat dalam manuskrip tersebut, serta 7 buah cap stempel dibeberapa tempat sepanjang naskah. Kalau dilihat secara keseluruhan garis-garis dan lingkaran tersebut membentuk semacam pohon yang bercabang dengan dahan dan ranting-rantingnya. Disetiap lingkaran tertulis nama atau gelar dari keturunan-keturunannya.
Gambar pohon keturunan dalam manuskrip tersebut diukir dalam garis-garis dan lingkaran berwarna merah, hitam, hijau, biru yang indah dan mempesona. Ditulis dalam huruf Arab berbahasa Melayu pada kertas tua warna sudah kecoklat-coklatan yang kondisinya sudah lapuk, sehingga perlu diberi lapisan kertas lain, terekat rapi sebagai penguat dibagian belakang kertas manuskrip Ranji. Bila manuskrip Ranji ini hendak dikeluarkan maka sang ahli waris selalu lebih dahulu membaca doa.
Ada wacana tersendiri tentang manuskrip Ranji ini ditengah-tengah masyarakat, saling membicarakan asli atau tidak aslinya, ada yang menyebut dengan tambo tinggi Indrapura, ada yang menyebutnya dengan Ranj Tinggi dan sebagainya. Tambo tinggi itu ada yang mengatakan bahwa yang dahulu terbuat dari kulit unta, tetapi yang sekarang hanya dari kertas. Anehnya sepanjang yang dapat penulis wawancarai, mengatakan bahwa mereka sendiri belum pernah melihat manuskrip itu secara langsung.
Tetapi setelah penulis melihat dam membaca sendiri, secara tradisi penulis tidak menghiraukan apa kertasnya, berapa umurnya, apa tintanya atau siapa yang menulisnya. Untuk penulis secara tradisi yang penting adalah isinya, apa yang ditulis dalam manuskrip Ranji itu. Ternyata disamping Ranji silsilah keturunan juga mengambil catatan-catatan penting tentang seluk beluk pemerintahan, raja atau sultan yang berkuasa, wilayah kerajaan, catatan-catatan tentang barang pusaka dan tanah ulayat pemerintah dan lain-lain. Inilah yang menarik.
Penulis pertama kali membaca manuskrip Ranji ini di Padang, dan kemudian menghapus tuliskannya kedalam tulisan latin di bulan Oktober 1989, atas izin ahli warisnya Sultan Burhanuddin glr Sultan Firmansyah Alamsyah [9], Pucuk adat Kampung Dalam Indrapura, di pesisir Selatan. Sekarang (2004) Ranji tersebut telah diserahkan kepada kemenakan beliau bernam Putri Rahmi Hatifah, 55 thn. Beralamat di pasar sebelah No 101 Nagari Inderapura, Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Tujuan menghilangkan tuliskan ini pada awaldnya dhanya demi kemudahan membaca dan mempelajari saja. Dari pada sering-sering membuka manuskrip, lebih baik dibuatkan tulisan latinnya, laulu diketik rapi. Penulis mendapat kepercayaan dari ahli waris untuk mengerjakannya dengan senang hati, meskipun tugas itu terasa berat. Tetapi didorang oleh rasa keingin tahuan menjadikan penulis sebagai putra Pesisir Selatan bersemangat mengerjakannya, bahkan secara pribadi kemusian penulis melakukan studi banding dengan berbagai penelusuran, pengkajian, penelitian dan pengamatan kelapangan, yakni kenegeri-negeri yang punya hubungan dengan Inderapura.
Transkrip Ranji ini, tidaklah menurut metodologi yang biasa dilakukan secara ilmiah, tetapi transkrip praktis, menghapus tuliskan secara bebas apa yang dibaca, apa bacaannya kemudian dituliskan sebagai sebuah salinan dalam huruf dan bahasa latin. Itu saja. Dalam usaha mentranskripkan naskah ini, penulis sebenarnya tidak bekerja sendiri, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada ahli waris Bp. Soetan Boerhanuddin Gelar Sultan Firmansyah Alamsyah yang telaqh mengizinkan dan mempercayakan naskah asli pusaka beliau kepada penulis untuk dibaca dan dihapus tuliskan. Serta terima kasih kepada Bapak Datuk Machudum (Alm wf Th 2003) yang telah menyediakan fasulitas diruangan hotel Machudum untuk pekerjaan ini, bahkan beliau ikut membantu penulis membacakanya bersama-sama dengan beliau ahli waris pemilik manuskrip ini.
Apa-apa yang penulis catat dan tulis tetap dikonfirmasikan kepada ahli waris dan secara bersama-sama melakukan cek ulang pada bacaan yang ditranskripkan tersebut. Perhatian hanya difokuskan terhadap kemungkinan terjadinya salah arti, atau salah pengertian terhadap bacaan.
Batang atau pohon Ranji silsilah Sultan-Sultan kerjaan usli kesultanan inderapura ini cukup panjang mencatat seluruh sultan-sultan yang memerintah kerajaan kesultanan Indrapura dari generasi ke generasi. Ada 33 Sultan, Raja atau Ratu diiringi catatan dan uaraian singkat dibawah nama masing-masing. Para anggota barangkali akan lebih dapat mempelajari naskah secara lebih rapi.
[1] Makalah ini disiapkan untuk Simposium Internasional Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa), 26-28 Juli 2004, bertempat di wisma syahidah, Universitas Islam Negeri Ciputat, Jakarta
[2] Djanuir Chalifah St Indra, 1970. Sejarah Kerajaan Inderapura. Panitia Seminar Sejarah dan Pemerintah Minangkabau, Padang
[3] Rusli Amran, 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang, Sinar Harapan: Jakarta
[4] Pemerintah tetua yang juga memakai nama Indrapura adalah kerarajaan Campa. Di aceh (Lamuri) juga ada nama indrapuri, begitupun di Medan, dan langkat ada negeri yang juga bernama Indrapura. Di Riau juga ada kerajaan Siak Sri Indrapura. Jakarta sebelumnya juga bernama Indrapura. Arti umum Indrapura adalah kota raja atau kampung Raja. Dijawa tidak ada negeri yang bernama Indrapura. Konon, bahkan tidak diizinkan memakai nama Indrapura, karena nama itu milik Raja-Raja Swarnabhumi. Mungkin ada hubungannya sebagai akibat bentrokan antara Balaputa Dewa pendiri Swarnabhumi dengan Rakai Pikatan suami Pramodharwarni yang berkuasa di Jawa. Namun dasarnya adalah karena Raja-Raja Swarnabhumi dan penduduk keturunan Gunung Merapi berdasarkan kepercayaan waktu itu menganggap dirinya keturunan Dewata Indra, sehingga Raja-Raja Swarnabhumi bergelar Dewa dan Pendeta-pendetanya bergelar Dewa Tuhan, yakni para manusia Dewa yang berada di Bumi. Raja-Raja yang menganggap keturunan dewata Indra adalah Sriwijaya, Melayu, Swarnabhumi, Minangkabau kemudian mengenal Dewata Indra dengan nama Ninik Indojati atau Indrajati.
[5] Orang-orang Gresik di Indrapura diberi gelar Rang Kayo Mat meti, Rang kayo Gom Sati, Rang Kayo Andan Sati, dan gelarnya dibawah koordinasi Rang Kayo Tumenggung, Rangkayo Nangkhodo Basa, Penjabat gelar pertama dating dari Gresik (nan dating dari lawik) . Sebelum iotu juga ada Datuk Nagkohodo Basa dari Singosari. Gelar-gelar ini berdiri sendiri untuk orang Gresik dan Tuban, diberi secara adat oleh orang Minang.
[6] Rusli Amran, 1981, Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang. Sinar Harapan Jakarta, hl: 228
[7] Harian Kompas Minggu. 1981
[8] Nama asli pulau Sumatera yang tercatat dari sumber Tambo Silsilah Minagkabau adalah pulau emas, atau tanah emas dalam bahas sansekerta disebut Suvarnadwipa dan Suvarnabhumi. Ini ditemukan tertulis pada berbagai prasasti di Sumatera. I-Tsing pada abad ke 7 menyebut pulau Sumatera dengan Chinchou untuk arti negeri emas. Kata chincou sampai sekarang masih berlaku pada kata kin-ceu yang menjadi kerinci.
[9] Purnawirawan Abri, anak kandung putrid Gindan Dewi Alam di Melayu Tinggi Kampung Dalam Indrapura. Berdasarkan sejarah (Historis Rech) Kesultanan Indrapura oleh lembaga penghulu Mentri, Kerapatan Adat Kenagarian Indrapura Kecamatan Pancung soal Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, telah dijelaskan sebagai ahli waris yang syah ex Pemerintah Kesultanan Indrapura, berdasarkan surat No 29-ist/KAN-1975 tertanggal 9 Mei 1975. Keturunan terakhir dari bekas Kerajaan Kesultanan Indrapura yang tertulis dalam Ranji Asli adalah Putri Gindan Dewi Alam Indrapura (ibu dari St. Burhanuddin) bersama saudaranya Sultan Setiawansyah Indrapura.
Oleh:
EMRAL Djamal DT RAJO MUDO
Praktisi dan Pengamat Budaya Tradisi
Judul asli:
MENELUSURI JEJAK SEJARAH
MANUSKRIP PEMERINTAH USALI KESULTANAN INDRAPURA
DI PESISIR SELATAN-SUMATERA BARAT [1]