Iklan Adsense

Tuesday, February 20, 2024

Kampai dan Panai

Kampai atau Kampe dan Panai atau Pane, dua nama negeri Malayu yang tercantum dalam naskah Negarakertagama atau kitab Desa Warnana yang ditulis oleh Mpu Prapanca, selesai tulis tahun 1365, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, raja Majapahit ketiga. 
Nama Kampai dan Panai disebutkan dalam Pupuh XIII kitab Negarakertama sebagai dua negeri di Bhumi Malayu yang telah 'manut' terhadap kerajaan Jawa (maksud awalnya kerajaan Singasari tapi kemudian dimaksudkan kerajaan Majapahit). 
Nama Kampai dan Panai disebut bersama negeri-negeri lainnya di Bhumi Malayu yaitu Siak, Rokan, Kampar, Manangkabwa, Dharmasraya, Tebo, Jambi, Lamuri, Aru, Kahwas, Samudra, Lampung, Padang Lawas, Mandailing, Temiang dan Palembang
Kerajaan Pannai abad 11
Nama Pannai disebut dalam prasasti Tanjore, abad 11, sebagai salah satu kerajaan bawahan Sriwijaya yang sudah dikuasai oleh Chola Mandala dari India Selatan. Pada prasasti ini nama Kampai tidak disebut. Ada beberapa dugaan kenapa Kampai belum disebut, salah satunya dugaan bahwa kerajaan Kampai belum berdiri, atau bisa jadi masih merupakan bagian dari wilayah Kedatuan Panai. 

Kampai dan Panai selalu disebut beriringan
Dalam kitab Rajya-Rajya Nusantara, nama Kampe dan Pane juga disebut beriringan. Ini menandakan bahwa kedua wilayah ini kemungkinan berdekatan. 

Lalu dimana letak Kerajaan Panai? 
Panai atau ditulis Pannai atau Pane, kemungkinan terletak di lembah sepanjang aliran sungai Batang Pane atau Batan Gadis, Sumatera Utara. Sungai ini bermuara ke selat Malaka. Di sekitar muara Batang Pane ini pula terdapat sebuah daerah bernama Pulau Kampai hari ini. 

Suku Kampai dan suku Panai di Minangkabau
Di Minangkabau, Kampai dan Panai menjadi nama dua suku yang seolah beradik kakak. Dimana ada suku Kampai disitu ada suku Panai. Kadang-kadang antara kedua suku ini posisinya saling menggantikan, misalnya di suatu daerah ada suku Panai maka disana tidak ada suku Kampai dan sebaliknya. Misalnya di nagari Mungo, kabupaten Limapuluh Kota, disana ada suku Kampai tapi tidak ada suku Panai. Sebaliknya di nagari Bayang (sekarang kecamatan Bayang), disini ada suku Panai tapi tidak ada suku Kampai. 
Berbeda dengan nagari Sungai Pagu (Solok Selatan), disini kedua suku, Kampai dan Panai sama-sama memegang peran penting sebagai dua raja pendamping raja alam Surambi Sungai Pagu. Raja suku Kampai sebagai raja adat dan raja suku Panai sebagai raja syarak atau urusan keagamaan (di Pagaruyung dikenal sebagai raja ibadat), sedangkan raja alamnya bersuku Malayu. 

Marga Pane di Tapanuli
Nama Panai yang kemudian diucapkan Pane sudah menjadi nama marga di subetnis Batak Angkola di Sumatra Utara yaitu marga Pane. Tapi terkait marga Pane dan nama daerah Pane, orang Angkola punya cerita rakyat tersendiri berkaitan dengan nama dewa Pane dan peristiwa Perpanean yaitu proses menyatunya raja dengan kekuatan roh

Sumber literatur pendukung:
1. https://historia.id/kuno/articles/melacak-jejak-kerajaan-panai-di-tanah-batak-vYeEN
2. Tambo kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu
3. Tambo Adat Bayang Nan Tujuh Koto Salapan

No comments:

Post a Comment