Iklan Adsense

Thursday, February 29, 2024

Sultan Usmansyah (Kesultanan Indrapura)

 Lembaran Lepas

Sri Sulthan Usmansyah Gelar Sulthan Firmansyah, pergi memudiki Air Batang Barus sampai ke hulunya, mendirikan Taratak di Sungai Lundang,  adik dari Sri Sulthan Barindinsyah di Pagaruyung yang telah tua.
Sampai 1520 M tidak ada lagi Sultan di Pagaruyung karena  Sultan Usmansyah sedang dalam pelayaran ke Tanah Jawa dan Bugis, Toraja, mengantar istrinya putri Syaiful Alam keturunan Raja di Toraja. Kembali dari Toraja, dalam perjalanan  pulang ke Sumatera, Sultan Usmansyah singgah di Gresik, bersama dengan Raja Gresik, bernama Sang Adipati Laut Tawar berangkat ke Sumatera.
Makam Sri Sulthan Usmansyah di Pulau Raja yang disebut juga sebagai  Pulau Pasumpahan.
Arung Maruba Gelar Sulthan Mohammadsyah, Tuanku Berdarah Putih anak Sri Sulthan Usmansyah gelar Sulthan Firmansyah yang kawin dengan  Ranik Jintan putri Raja Tanah Toraja. Menuju pesisir barat Sumatera sampai di Kuala Air Dikit dalam wilayah  Kerajaan Manjuto. Konon Arung Maruba juga pernah berguru dengan Panyembahan Jimbun di Tanah Jawa.
Arung Maruba dengan istrinya Putri Kabariah melahirkan sepasang anak, satu putri dan satu orang putra, yakni :
1.     Putri Cendra Dewi dengan gelar  panggilan Tuanku Putri Dang Kumbang, dan
2.     Tuanku Sulthan Maradhu Alamsyah gelar Sulthan Muhammadsyah, pergi ke Tanah Aceh dan Tuanku Putri  Nursani, menaruh  bunga belang cindai di kuala Bantaian, sebagai permainannya. Ustanonya di Pulau Putri sebelah hilir Pulau Raja.
Tuanku Putri Ambar Sarifah tahun 1566 kawin dengan Raja Banten bernama Sultan Hasanuddin dan dibawanya ke Serang tanah Banten.
Teluk Ambacang Manis = Pelokan Hilir
Perjanjian Sitinjau Laut semasa Tuanku Berdarah Putih ini, juga melibatkan Rejang Empat Petulai, terdiri dari :
Sebagai Wilayah Indrapura
1. Depati Siaga Semarap, Dusun Karang Aer
2. Depati Pemangku, Dusun Koto Rukam
3. Depati Rajo Besar, Dusun Koto Donol
4. Depati Tiang Pepeng, Dusun Atas Tebing
Dipimpin Pucuk Bulatnya Rajo Mawang Gelar Rajo Mangkuto Alamsyah, berkedudukan di negeri Muara Aman,  Lebong. Siapakah Raja Mawang ?
Keterangan tentang Raja Mawang :
Pada awalnya Rejang Empat Petulai ini dibawah kekuasaan Kerajaan Sungai (Air) Hitam Bangkahulu. Kemudian menjadi wilayah Indrapura, sehingga diserang oleh Kerajaan Sungai (Air ) Hitam dengan mengerahkan orang Rupit.
Anak Bakilap Alam Puti Reno Sadi beranak Yamtuan Perkasa Alam Gelar Sultan Rajo Magek menjadi raja Ranah Sikalawi, di Pagaruyung bernama Yam Tuan Buyung. Di Sikalawi dinamakan Rajo Mawang.
Rajo Mawang kawin dengan Putri Karang Saten di Kute Ukem Rejang Lebong. Rajo Mawang berputra 7 orang :
Ki Geto, Ki Tapo, Ki Ain, Ki Nio, Ki Karang Nio, dan Putri Serindang Bulan.
Putri Serindang Bulan kawin dengan Sultan Indrapura yang bernama Panglima Setio Barat Yang Dipertuan Sultan Firmansyah. beberapa lama tinggal di istana Indrapura kemudian kembali ke Lebong, dengan dijeput oleh kakak-kakaknya.
Salah seorang kakaknya bernama Karang Nio kemudian menjadi Raja Lebong dengan gelar Sultan Abdullah, gelar  Sultan Aminullah. Oleh karena itu ada yang mernyebutnya Sutan Abdullah, dan ada pula yang menceritakan dengan nama Sutan Aminullah.
Ranah Indrapura :
1.     Raja Natan Sangsita Sangkala kawin di Melayu Kampung Dalam Ulu Batang Hari. Beranak seorang putri yang pergi ke Indrapura.
2.     Dewang Ramowano (Cindua Mato) kawin dengan Puti Indopuro, beranak Sangiang Rani Indopuro, menjadi Rajo Putri di Ranah Indopuro atau Lubuk Gadang, Sangir sekarang. Ranah Indopuro terletak di kaki Gunung Indopuro.
3.     Dewang Pandan Putowano Tuanku Maharajo Sakti, dengan Puti Bungsu, Daulat Yang Dipertuan Tanjung Bungo. Raja pertama mengislamkan kerajaan,  dan masuk Islam dengan bimbingan gurunya Tuanku Syaikh Maghribi Maulana Malik Ibrahim.

Daeng Mabela dan Daeng Maaruf

Di Indrapura sebelum raja yang sah diangkat,  negeri itu selalu dipimpin oleh seorang Mangkubumi.
Salah seorang Mangkubumi Indrapura ialah  Daeng Mabela,  yang sikapnya keras terhadap Belanda. Sekitar tahun 1799 VOC berusaha menggantinya karena sikapnya yang keras terhadap Pemerintah Hindia Belanda.
Namanya ditukar dengan gelar  Sutan Sailan. Namun,  Mangkubumi ini mati dengan tiba-tiba.
Saudara Daeng Mabela, adalah seorang Panglima Perang Kerajaan Indrapura yang bernama Daeng Maaruf, mati di Bintulan daerah Bangkahulu. Dibunuh dalam sebuah pertempuran oleh Raden Lawangan kepala pemberontak negeri 4 Lawang dan Bintulan.
Ayah Datuk Perpatih  Nan Sabatang, yang dalam Tambo dikenal sebagai Niniek Indojati, Cati Bilang Pandai, adalah Sulthan Muhammadsyah,  keturunan Sultan Teluk Muar Campo, di Teluk Air Dayo Puro, yang kelak bernama Kesultanan Indrapura.
Semasa Sultan Barindinsyah Kerajaan Teluk Air Puro,  Bundo Kandung datang ke Indrapura sekitar tahun 1520
Ditempatkan di rumah gadang Lunang Sika, beserta kaum kerabatnya, dan menukar nama menjadi Mande Rubiyah.
Sementara Dang Tuanku dan Puti Bungsu (Namanya menjadi Putri Kemala Sani) tinggal di Teluk Air Puro. Cindua Mato ditempatkan di Istana Gandolayu tempat kediaman nenek moyangnya sendiri yang tidak berapa jauh dari pantai Ujung Tanjung Indrapura.
Sementara itu Basa Empat Balai ada yang ditempatkan di Tapan ialah Datuk Machudum Sati.
Tuanku Sumpur Kudus yang bergelar Rajo Mangkuto Alam tinggal di Indrapura dan beristri di sana.
Raja Saruaso kawin di Indrapura lantas berangkat ke Muko-Muko dan mempunyai anak dengan istrinya itu yang bergelar Sutan Gelomatsyah yang kemudian menjadi Raja di Manjuto.
Sultan Barindinsyah diganti oleh adiknya Sri Sultan Usmansyah. Tetapi karena Usmansyah tidak berada di kerajaan karena pergi ke tanah Toraja, maka kerajaan diserahkan buat sementara kepada Dang Tuanku, dengan Gelar Sri Sultan Samirullah, Amirullah, Syahirullahsyah selama 3 tahun.
Indrapura adalah negeri tempat Batara Indra, Indrawarman dewa karena Batu Mestika yang menjadi pusaka kerajaan Air Pura telah diambil kembali oleh Batara Indra.
Tiga orang anak Rajo Baramah (Anangga Warman Maulia Warman Dewa) menyebarkan Islam di Jambi. Itulah yang menjadi Raja di Pucuk Jambi Sembilan Lurah  (Sialang Balantak Basi, Durian Ditakuk Rajo) sekitar Ulu Batanghari. Kemudian kemenakannya menjadi cikal bakal raja-raja Jambi. Yakni, Puti Salareh Pinang Masak.
Sewaktu Muller berkunjung ke Indrapura tahun 1835, dia mendengar dari Regent di sana, bahwa agama Islam dikembangkan di daerah itu pada tahun 1279. Sebelumnya agama yang dianut ialah Brahmana dan tulisan Sansekerta umum dipakai oleh para pendeta dan pemimpin-pemimpin setempat. (lihat Reizen en Onderzoekingen in Sumatera atau “Perjalanan dan penyelidikan di Sumatera” karangan S.Muller, tahun 1855, hal 24.)
Batu Nisan tertua ditemukan di Barus di desa Batu Badan oleh H.M. Ambari bulan Mei 1978, dari pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional Departemen P dan K. Ia sebuah Batu Nisan yang tertua di Sumatera yakni tahun 1206, 90 tahun lebih tua dari makam Malik as Shaleh di Aceh.
Koloni bangsa Tamil  telah bermukim di Barus abad  ke 11 M, menurut Batu Lobutua yang diterjemahkan oleh seorang epigraf Inggeris di India bernama Hultzsch akhir abad yang lalu. Yang pasti tahun pembikinan batu itu adalah 1088.
Setelah Raja Barandangan Raja Pagaruyung diteruskan oleh penggantinya yang dalam sejarah dikenal sebagai Raja Minangkabau yang pertama masuk Islam, diperkirakan pada masa 1485, yaitu :
YD. Sulthan Alif Khalifatullah
YD. Raja Bagewang II, 1555 M
YD. Sulthan Abdul Jalil 1580 M,
disebut juga YD. Patah Raja Alam Muningsyah I.
Kemenakan Raja Jambi yang menerima waris Raja Alam yang sebelumnya diangkat sebagai Raja Adat Buo.
YD. Raja Basusu Ampek Raja Alam Muniungsyah II, 1615 M. Putus, kemudian dikuasai Raja-Raja Muda dari kaum muda, yang masa itu selalu terjadi pertentangan kepemimpinan dan agama yang kemudian meletus menjadi perang kaum adat dan kaum agama, bentroknya kaum putih dan kaum hitam. Masa berjalan antara 1650 –1833 M
YD. Raja Muningsyah III, 1820-1930 M
YD. Raja Alam Bagagarsyah, naik nobat 1830 M, Raja Alam terakhir Pagaruyung. 
Daftar Pustaka :
Abduh, Syeikh Muhd., terj. 1978 . Islam wa Al-Nashraniyah ma’a Al-‘Ilm wal Madaniyah (Ilmu dan Peradaban menurut Islam dan Kristen). Bandung :Cv. Diponegoro.
Amran, Imran., dkk. 2002. Menelusuri Sejarah Minangkabau. Padang : Yayasan Citra Budaya.
Amir, B. 1982. Minangkabau Manusia Dan Kebudayaannya. Padang : FKIP : IKIP.
Agus, Yusuf, 2001 Sejarah Pesisir Selatan. Jakarta : PT. Arina
A. Hasymi, Prof. 1989 Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia:Medan: Pt. Almarif.
A. A. Navis, 1984. Alam Takambang Jadi Guru: Jakarta : PT. Pustaka Grafitipers.
A. Samad Idris. 1990.  Payung Terkembang. Kuala Lumpur : Malindo Printers, Selangor Darul Ehsan.
Awang,  Muhammad Bin Abdul Latif. 1988. Kemasukan  Agama Islam Di Brunei, Berita Jabatan Pusat Sejarah, Bilangan 2-Tahun 1988. Kementerian Kebudayaan Belia Dan Sukan Negara Brunei Darussalam.
Bruins, B.A. 1936. Laporan (Memori) Countroleor. Painan. Arsip Nasional.
Bruckleman, Karl. 1974. Tarikh Al-Su’ub Al-Islamiyah. Beorut : Dar Al-‘Ilmi lil-Malayin.
Boedenani dan David, 1956. Tambo Krerajaan Sjriwijaja. Bandung : Tarate.
Berita Jabatan Pusat Sejarah.Bilangan-2 Tahun 1988.  Kementrian Kebudayaan Belia dan Sukan, Negara Brunei Darussalam.
Chaniago Hr. A. Dt. Rajo Sampono 1990. Silsilah Pagaruyung Keluarga Istana Silindung Bulan, Batusangkar.
____________, 1991. Kumpulan Artikel: Padang : Singgalang
Dar Al-Masriq. 1986. Al-Munjid fi-l-lughah wa l-a’lam. Bairut
Dt. Rajo Mudo,Emral Djamal. 1996,  Menelusuri Jejak Lamin-Lamin Sejarah Alam Minangkabau: Kesultanan Indrapura, Teluk Air Dayo Puro di Pesisir Selatan.  SK Singgalang Minggu.
_____________. 1995 Tambo Salasilah Rajo-Rajo Alam Minangkabau: Pagaruyung:  Alih Tulis, Naskah Ketik.
_____________ 1989. Ranji Salasilah Raja-Raja dan Sultan Sultan Kerajaan Kesultanan  Indrapura, Alih Tulis,  Naskah Ketik.
______________ 1995. Tambo Alam Minangkabau, Kaba Tareh Kaba Pusako, Naskah Ketik.
Dt. Bandaro, Dj. Lubuk Sati . 1980. Tambo Sultan Nan Salapan: Istano Pagaruyung: Batusangkar.
Dt. Toeah, 1912. Tambo Alam Minangkabau: Payakumbuh.
Dt. Rajo Penghoeloe, M. Rasyid Manggis, 1982 Minangkabau, Sejarah Ringkas dan Adatnya: Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Datuk Batuah, Ahmad  dan A. Datuk Majoindo, tt Tambo Alam Minangkabau.
Edward, Djamaris, Dr. 1989 Tambo Minangkabau, Suntingan Teks Disertai Analisis Struktur, Disertasi Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
_____________ 1990. Menggali Khasanah Sastra Melayu Klasik: Balai Pustaka: Jakarta.
E. A. Klerks,  1890 Keterangan Geografi dan Etnologi dari Daerah Kerinci, Serampas Dan Sungai Tenang.
Group I Batavia, Berkala Forum Lintas Rantau, No.11Tahun.2002, Jakarta.
Harian Angkatan Bersenjata (AB), 12 September 1980.
Hamka, 1961. Sejarah Umat Islam Jilid IV. NV. Nusantara, Bukit Tinggi.
Jurnal Kebudayaan Genta Budaya, 1995 ( Nomor I Tahun I )
Kumpulan Makalah Simposium Internasional Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) V, 2001. Penelitian Naskah Nusantara Dari Sudut Pandang Kebudayaan Nusantara, Masyarakat Pernaskahan Sumatera Barat, Padang.
Lembaga Penghulu Mentri  KAN Indrapura. 1975. Surat Keterangan Tentang  Ahli Waris Syah Kesultanan Kerajaan Indrapura, No. 29-Ist./Kan-1975. Indrapura.
Pemerintah Daerah Tk.II Kotamadya Padang, 1970 Himpunan Prasaran dan Kertas Kerja Seminar Sejarah Dan Kebudayaan Minangkabau: Batu Sangkar.
Nia Kurnia, Sholihat Irfan.  Kerajaan Sriwijaya,1983 PT. Girimukti Pasaka, Jakarta.
Majalah Kebudayaan Minangkabau, No. 10,  Desember 1979, Yayasan Kebudayaan Minangkabau  Minangkabau: Jakarta.
Marsden,William. 1996 The History of Sumatera: Oksford University Press. Reprinted, 1975.
M.D.Mansoer, Drs dkk. 1970 Sejarah Minangkabau Bhatera. Jakarta..
Pitono Hardjowardojo, Prof. Dr. 1966. Adityawarman, Sebuah Studi Tentang Tokoh Nasional dari Abad XIV. Bhratara, Jakarta.
Rangkayo Maharajo Lelo Buhul, Nasir. 1965.  Surat Keterangan  Dan Pernyataan, Tanggal 3 September 1965. Indrapura.
R. M Sachlan, Adysaputra. tt. Melacak Jejak Pembawa Obor Islam Di Nusa Jawa:  Panji Masyarakat, No. 272.
Rusli, Amran. 1981 Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang, Sinar Harapan: Jakarta.
_________, Padang Riwayatmu Dulu, 1986.  Mutiara Sumber Widya: Jakarta.
Sutan Boerhanoeddin, Gelar Sultan Firmansyah Alamsyah. Ahli Waris, 1975.  Ranji  Asli Salasilah Raja-Raja dan Sultan-Sultan Usli Kerajaan Kesultanan Indrapura. Pucuk Adat Kampung Dalam, Indrapura.
Sutan Abdul, Hadi Gelar Sutan Firmansyah,1975
Kisah Kerajaan Air Pura (Indrapura), Makalah, Saduran  oleh Sultan Syamsuarsyah Gelar Sultan Rajo Embesi,1996.
Tengku Lukman, Sinar. SH : Jatidiri Melayu, Lembaga Pembinaan Dan Pengembangan Seni  Budaya Melayu – M.A.B.M.I, Medan, 1994.
T.D. Sitomorang dan Teeuw, Prof. Dr. 1958.  Asal Usul  Raja-Raja Melayu  Edisi Abdullah Bin Abdulkadir, Singapura 1831: Jakarta.
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1992. Aneka Ragam Khazanah Budaya Nusantara II. Ditjen Kebudayaan,  Depdikbud. Jakarta.
Tun Sri Lanang.  1989. Sejarah Melayu. Diusahakan oleh W.G. Shellabear. Fajar Bakti. Selangor Darul Ehsan.
Raja Ali Al-Haji Riau, Almarhum. 1965.   Tuhfat Al-Nafis, Sejarah Melayu Dan Bugis. Malaysia Publications LTD. Singapore.
R.Soekmono, Dr. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Kanisius-Yogyakarta, 1973.
St.Mahmoed, BA dan A.Manan Rajo Pangulu. 1987. Himpunan Tambo Minangkabau Dan BuktiSejarah, Pustaka Indonesia: Medan.
Slamet, Mulyana. Prof. Dr. 1980.  Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarnabhumi, Yayasan Idayu-Jakarta.
Siti Chamamah Soeratno, Iskandar Zulkarnain. Balai Pustaka.
St. Mahmoed, BA dan A. Manan Rajo Penghulu. Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah.Pustaka  Indonesia. Medan.
St. Mudo Carano, M.   Soedarsono.  1985. Sejarah K etatanegaraan  KerajaanPagaruyung: Pribumi Offset. Purwokerto.
Yudi Anwar, Ibrahim Drs., dkk. 1986. Pakaian Adat Tradisional Derah Sumatera   Barat. Padang : Depdikbud.

No comments:

Post a Comment