Iklan Adsense

Tuesday, January 9, 2018

Kerajaan Inderapura

Kerajaan Inderapura atau Karajaan Indopuro merupakan salah satu kerajaan yang terdapat di wilayah adat Minangkabau, tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat sekarang. Penduduk lokal menyebutnya Karajaan Nupugho. Menurut sumber Wikipedia, Kerajaan Indrapura merupakan Ujung Pagaruyung bahkan disebut sebagai vazal atau kerajaan bawahan Pagaruyung. Lebih halusnya disebut Sapiah Balahan Kudung Karatan Kerajaan Pagaruyung.


Kerajaan Indrapura yang juga disebut sebagai Kesultanan Indrapura, mulai termasyhur semenjak ramainya pelayaran di perairan barat Sumatera dan bersamaan dengan jatuhnya Kesultanan Malaka ke tangan bangsa Portugis pada tahun 1511. Pada masa itu banyak pula bangkit pelabuhan-pelabuhan lainnya di sepanjang pesisir barat Sumatra seperti Bandar Tiku Pariaman, Bandar Sepuluh dan bandar-bandar di wilayah Bengkulu hingga Lampung.

Setelah Kesultanan Malaka runtuh, maka Kesultanan Aceh Darussalam bangkit dan berusaha mengusir Portugis dari Malaka tapi tidak berhasil. Yang mengusir Portugis justru kedatangan VOC karena perjanjian antara Belanda dan Portugis.

Pada saat Aceh sedang berambisi itulah, ia melakukan ekspansi besar-besaran ke pesisir barat Sumatra hingga ke Indrapura. Sebelumnya sudah banyak keturunan Aceh yang berlayar dan berdagang ke pesisir barat Minangkabau. Banyak "Meurah" yang kawin dengan penduduk pesisir Minangkabau. Bandar Tiku di utara Pariaman juga didirikan oleh keturunan para Teuku dari Aceh. Bukan itu saja, Aceh merangsek jauh lebih ke pedalaman Minangkabau, berdagang sekaligus mendakwahkan Islam kepada rakyat Minangkabau yang waktu itu masih banyak beragama Hindu Buddha dan aliran kepercayaan setempat. Banyak orang Minang yang belajar agama ke Aceh apalagi pasca wafatnya Maharaja Ananggawarman kedaulatan Malayapura mulai meredup dan perhatian orang-orang beralih ke Aceh dan Islam, Aceh kemudian dikenal sebagai serambi Mekkah.

Begitu pula di Bandar Sepuluh dan Indrapura, Islam mulai bersinar. Indrapura yang awalnya perkampungan pesisir dan muara yang dominan Hindu Buddha tumbuh menjadi kerajaan besar dan kesultanan Islam walaupun tetap bernama Indrapura. Komoditas terbesarnya adalah lada dan emas. Indrapura berdagang dan berlayar hingga ke Banten. Indrapura melakukan hubungan yang sangat rapat dan saling mempengaruhi dengan Kesultanan Aceh Darussalam bahkan ada keturunan Indrapura yang jadi sultan di Aceh seperti Sultan Buyung.

Kerajaan Indrapura masih bercorak adat atau mengikuti tradisi matrilineal Minangkabau, misalnya dalam hal pewarisan tahta kerajaan berlangsung dari mamak ke kemenakan, bukan dari ayah ke anak sebagaimana umumnya kerajaan di dunia. Disamping itu juga sering kali tahta dipegang oleh perempuan, saudari raja yang kemudian terkenal dengan sebutan Raja Perempuan. Kemudian juga tak jarang suami Raja Perempuan yang turut memegang tahta dan menjalankan pemerintahan dan mereka para suami Raja Perempuan itu berasal dari kerabat kerajaan dari luar atau dari jauh seperti Bintan, Sungai Pagu dan Aceh.

Hubungan Indrapura dengan Sungai Pagu dan Indragiri

Dalam mamangan Kerajaan Sungai Pagu disebutkan bahwa Indrapura merupakan radai dari Sungai bersamaan dengan Indragiri sebagai kepak (sayap)nya, artinya Indrapura dan Indragiri merupakan kerabat dekat Sungai Pagu (Solok Selatan). Tidak jarang terjadi perkawinan antara pangeran di Sungai Pagu dengan putri Raja Indrapura seperti Sultan Mazafarsyah.

Tautan Luar:
1. https://lubukgambir.wordpress.com/2012/06/29/menelusuri-jejak-sejarah-manuskrip-kesultanan-inderapura/ 
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Inderapura
3. http://wawasanislam.wordpress.com/2008/04/30/kesultanan-indrapura/ 
4. http://lagulamaku.blogspot.com/2009/04/puing-puing-bekas-istana-kerajaan.html
5. http://triatra.wordpress.com/2010/12/16/kerajaan-inderapura-kejayaan-masa-lalu-renah-indojati/
6. https://lubukgambir.wordpress.com/2011/12/16/kesultanan-inderapura-sejak-abad-9-m/  

No comments:

Post a Comment