Iklan Adsense

Tuesday, February 6, 2024

Kisah Kartini Pesisir

 

Waktu itu negeri ini belum merdeka, masih bernama Hindia-Belanda. Adalah negeri Kerinci yang baru dibuka oleh pemerintah Hindia-Belanda. Jalan penghubung dari Painan melalui Tapan ke Kerinci pun dibuka. Begitu pula jalan dari Kerinci ke Jambi dibuka. Sungai Penuh adalah ibukota Kerinci. Secara administratif, Kerinci digabungkan dengan wilayah Pesisir Selatan yang berpusat di Painan. Banyak rakyat dikerahkan oleh Hindia-Belanda melalui kerja paksa (Cultuur Stelsel) untuk membuka jalan Tapan – Kerinci, juga untuk membuka lahan bagi perkebunan teh di Kerinci yang terkenal dengan perkebunan teh kayu aro.

Kerinci menarik bagi pemerintah Hindia-Belanda karena udara sejuk di kaki Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Sumatra. Lokasi Kerinci seperti lokasi Bukittinggi di Sumatra Barat atau Bandung di Jawa Barat. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda pun membangun rumah-rumah peristirahatan bagi para bangsa Eropa di Sungai Penuh. Karena Kerinci sudah menjadi kota yang ramai, maka banyaklah pendatang dari berbagai daerah ke Kerinci dengan tujuan berdagang ataupun jadi pekerja di kebun-kebun Hindia-Belanda. Kerinci mulai dikuasai oleh Hindia-Belanda semenjak jatuhnya Kesultanan Indrapura ke tangan Hindia-Belanda. Banyak hasil alam dan perkebunan yang dikirim Belanda keluar dari Kerinci.

Mendengar ramainya Sungai Penuh Kerinci, maka ramai pula lah orang Pesisir Selatan untuk datang ke Kerinci. Terlebih lagi orang Bayang yang tak jauh dari Painan. Merantaulah anggota keluarga Rajo Pangulu yang di Lubuk Gambir ke Kerinci bersama keluarga-keluarga lainnya. Tersebutlah namanya Leman dari suku Caniago kaum Rajo Pangulu yang merantau ke Kerinci.

Berita tentang menariknya Kerinci sampai pula ke telinga Kartini, perempuan satu-satunya selain Lumat ponakannya yang masih hidup. Kartini tertarik pula untuk meninggalkan Lubuk Gambir. Ditambah lagi dengan alasan ketidaknyamanan Kartini tinggal di Lubuk Gambir. Kartini merasa tidak betah di Lubuk Gambir karena selalu didatangi kakak-kakaknya untuk meminta padi dan barang-barang lainnya. Kakaknya bernama Fikir dan Jurin. Kalau sekali dua kali meminta pada Kartini mungkin tidaklah mengapa tapi memintanya sudah terlalu sering. Sampai-sampai Kartini menyindir kakak-kakaknya itu dengan perkataan agak keras “sebaiknya jangan pakai celana lagi, pakai saja rok sebagaimana perempuan”. Maksudnya kalau hidup suka meminta-minta pada saudara perempuan lebih baik hidup saja sebagai perempuan, jangan sebagai laki-laki. Laki-laki yang seharusnya jadi tempat meminta dan bersandar bagi saudara perempuan. Demikian ungkapan Kartini saking kesalnya pada kakak-kakaknya.

1 comment:

  1. Alfatihah buat nenekku. Semoga Allah mengampuni dosa2 nenekku. Aamiin

    ReplyDelete