Yakub yang terkenal dengan sebutan Wali Yakub, adalah Wali Nagari Koto Berapak pada masa PRRI (rentang waktu tahun 1957 hingga 1958). Wali Nagari Koto Berapak juga lazim disebut Angku Palo, maksudnya Engku Kepala Nagari. Wali Nagari yang tersohor pada masa kolonial Hindia Belanda adalah Angku Palo Tahie atau Muhammad Taher, saudara dari Angku Balera dan Inyiak Kacuang (Syekh Muhammad Abdul Wahab atau Awe).
Pada masa pergolakan PRRI tersebut, tokoh-tokoh Kapelgam dan Bayang banyak yang menjadi sasaran tangkap atau sasaran tembak oleh Tentara Pusat (TNI) karena Sumatera Tengah waktu itu dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah pusat padahal tujuan PRRI yang sesungguhnya bukanlah pemberontakan melainkan bentuk protes atas kesenjangan kebijakan pusat terhadap daerah.
Termasuk yang jadi sasaran bunuh Tentara Pusat waktu itu adalah Wali Yakub, Wali Nagari Koto Berapak. Untungnya putri Wali Yakub yang bernama Syamsidar Yakub waktu sedang melanjutkan pendidikannya di PGA (Pendidikan Guru Agama) Jakarta bersama sepupunya Nurlena Irfan.
Putra Wali Yakub lainnya adalah Hamidi yang berprofesi sebagai petani sekaligus tokeh atau saudagar getah karet dan padi. Karena istri Hamidi meninggal (tanggal 18 September 1965) sewaktu putrinya masih kanak-kanak maka kemudian Hamidi menikah lagi dengan orang Koto Berapak dan orang Kapujan. Salah satu putra Hamidi yang bernama Nasril kemudian merantau ke Jakarta (2 Desember 1974, melanjutkan sekolah SMA Jakarta tahun 1976) dan berhasil mengabdi sebagai PNS di Pemda DKI Jakarta dan seorang putrinya menjadi guru SD (PNS) di Pesisir Selatan. Hamidi wafat tahun 1998.
Hubungan Keluarga
Insinyur Bahar adalah cucu dari Angku Hamid Imam Malelo (yang di dalam Tambo Adat Bayang Nan Tujuh tahun 1915 juga bergelar Datuk Mandaro Sati). Sedangkan Angku Hamid Imam Malelo juga merupakan kakek dari Azhar Buan Datuk Basa, mantan guru dan mantan Kepala Desa Lubuk Gambir. Angku Hamid juga mamak dari Abas Datuk Mandaro Sati atau terkenal dengan sebutan Pangulu Abeh.
Angku Hamid kawin pula dengan nenek dari Haji Zal, Iyem (Suryatma), Iyet, Iyas, Yenni dan Ilem. Wali Yakub sendiri adalah mamak rumah dari Angku Hamid Imam Malelo atau saudara laki-laki dari istri Angku Hamid. Sedangkan Wali Putih (Fatahuddin) - seorang Wali Kampung Lubuk Gambir - adalah menantu dari istri Angku Hamid. Ayah Zul Asman - mantan Kepala Desa Lubuk Gambir- yg bernama Rustam, bersaudara dengan Wali Putih, Moke dan ayah Lena Sawajin. Mereka berempat adalah anak-anak dari Jakfar orang Kapujan.
Jasa Wali Yakub
Beliau telah berjasa untuk memutuskan lokasi makam Haji Ilyas Yacoub asal Asam Kumbang. Sang Pahlawan Nasional tersebut diputuskan dimakamkan di depan Mesjid Raya Al Munawarah Kapelgam. Keturunan dan keluarga besar Wali Yakub banyak yang jadi guru atau pegawai negeri di kampung Bayang atau di perantauan seperti Syamsidar Yakub jadi guru SPG di kota Padang sampai pensiun, putra-putra Hamidi seperti Nasril Hamidi jadi pegawai negeri di Pemda DKI Jakarta (tergolong perantau awal, lulus SMP Pesisir Selatan tahun 1972) dan Harniati jadi guru SD di Bayang.
Saat pergolakan daerah/PRRIdikenal ada batalyon KAPUJAN ....apkh ada sejarahnya ?
ReplyDeletepernah dengar tapi belum pernah menanyakan lebih lanjut. terimakasih
DeleteSaat pergolakan daerah/PRRIdikenal ada batalyon KAPUJAN ....apkh ada sejarahnya ?
ReplyDeleteMaaf sebelumnya. Ini berkisah tentang wali yakub kan? Bukan H.ilyas yakub? Kalau boleh tau. Penulis ini siapa yaa.. soalnya saya cucu dari wali yakup
ReplyDeleteBetul tentang Wali Yakub bukan Haji Ilyas Yacoub. Penulis adalah orang kampung Wali Yakub.
DeleteTerimakasih pada cucu Wali Yakub sudah mampir di blog ini.
Maaf, ini cucu Wali Yakub yang mana ya, orang tuanya siapa namanya?
DeleteBetul tentang Wali Yakub
ReplyDelete