Sedang Fenomenal
Saat ini sedang fenomenal diskusi maupun perdebatan soal Melayu atau Malayu ini. Melayu diperebutkan tapi juga ditolak. Apa sebenarnya Melayu itu? Apakah Melayu sama dengan Malayu? Mana yang lebih historis, Malayu atau Melayu? Demikian beberapa contoh pertanyaan yang muncul di masyarakat awam terutama netizen. Pertanyaan lainnya, apakah Minangkabau itu Melayu?, apakah Kerinci itu Melayu? Kampar itu Melayu atau bukan? dan banyak pertanyaan serupa.
Untuk menjawab semua pertanyaan itu kita harus mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu. Bukti apa saja yang ada yang terkait dengan Malayu atau Melayu? Salah satu bukti itu berupa prasasti dan kronik-kroni Cina (catatan kuno penjelajah Cina).
Berikut beberapa sumber yang menyebut kata Malayu:
1. Kronik I-Tsing tahun 671 Masehi.
2. Prasasti Tanjore abad 11 Masehi
3. Prasasti Amoghapasa abad 13 Masehi
4. Kakawin Negarakertagama abad 14 Masehi
Kronik I-Tsing
Didalam kronik I-Tsing disebutkan bahwa I-Tsing melakukan perjalanan melalui pelayaran dari Kanton (Cina) hendak menuju Tamralipti (Nepal). Pelayaran I-Tsing dimulai dari Kanton menuju Fo-tsi (diduga cikal bakar Sriwijaya dan berlokasi di Palembang). Dapunta Hyang raja Sriwijaya (Fotsi) berbaik hati mengantarkan pendeta I-Tsing ke pelabuhan Malayu. Dari pelabuhan Malayu inilah, I Tsing ikut pelayaran menuju Kedah (Semenanjung). Selanjutnya dari Kedah baru lanjut ke Tamralipti.
Menurut para pakar dan sejarawah, diduga pelabuhan Malayu itu terletak di muara Sungai Batanghari, Jambi. Tidak diketahui pasti apakah dari Palembang ke Malayu, I Tsing menempuh jalan darat (dengan kuda) atau pelayaran juga.
I Tsing juga menyebutkan bahwa waktu itu (tahun 671) Malayu masih merupakan negeri merdeka, bukan bawahan atau jajahan Sriwijaya tapi keduanya bertetangga dengan baik, begitu pula negeri Kedah di Semenanjung.
Prasasti Tanjore
Prasasti Tanjore merupakan prasasti yang mencatat tentang ditaklukkannya wilayah-wilayah Sriwijaya oleh Kerajaan Chola dari India Selatan. Disebutkan pula bahwa diantara negeri-negeri bawahan Sriwijaya yang ditaklukkan adalah negeri Malayu yang memiliki benteng-benteng diatas bukit, negeri Panai yang memiliki kolam-kolam dan negeri Palembang serta Kedah.
Prasasti Amoghapasa
Prasasti ini merupakan prasasti yang terdapat pada Arca Amoghapasa yang dikirim oleh Singasari ke Dharmasraya. Didalam prasasti ini terdapat perkataan "Malayapura" yang berarti "kerajaan Malayu", maksudnya Sumatra sekarang.
Kakawin Negarakertagama
Dalam Pupuh XIII kakawin ini terdapat perkataan "Bhumi Malayu" yang terdiri dari negeri-negeri di Sumatra saat ini mulai dari Aceh hingga Lampung.
Suku Malayu di Minangkabau
Suku Malayu (kadang ditulis “Suku Melayu “) adalah salah satu suku
(klan) yang populasinya tergolong besar di Minangkabau. Mereka menganut
adat Minangkabau yang matrilineal, mempunyai pemuka-pemuka adat atau
penghulu yang disebut Datuk. Kalau mereka ditanya, mereka tentu akan
menjawab bahwa mereka adalah orang Minang atau orang Padang, bukan orang
Melayu di luar Minangkabau seperti Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu
Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Malaysia dan Melayu-melayu lainnya.
Suku Malayu umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang namun ada pula yang
memadukan kedua sistem adat di Minangkabau yaitu Lareh Koto Piliang dan
Lareh Bodi Caniago tergantung di nagari mana mereka tinggal.
- Melayu sudah menjadi klan atau marga tersendiri di Minangkabau mengamalkan adat matrilineal. Orang sesuku tidak boleh saling mengawini kecuali di zaman sekarang sudah dibolehkan menikahi orang sesuku dengan syarat berbeda datuk dan nagari atau desa.
Etimologi
Tak jarang orang Minang menuliskan suku ini dengan Suku Melayu yang
sebenarnya menimbulkan kerancuan dengan istilah Suku Melayu yang
merupakan suku di luar suku Minangkabau. Padahal harusnya ditulis Suku
Malayu mengikuti dialek Minangkabau yang tak mengenal suku kata awal
mengandung huruf e atau e pepet..
Asal-usul Suku Malayu
Besar kemungkinan Suku Malayu di Minangkabau awalnya berasal dari Melayu
luar wilayah Minangkabau yang datang ke wilayah Minangkabau bersamaan
dengan pemindahan pemerintahan Kerajaan Malayu Darmasraya ke pedalaman
Minangkabau di Pagaruyung dan menerima pengakuan sebagai orang Minang
sehingga mereka bersuku sebagaimana suku-suku di Minangkabau. Dipercaya
Suku Malayu dibawa dan didorong oleh Adityawarman untuk menyebar ke
seluruh wilayah Minangkabau bersama suku Minang lainnya.
Pendapat lain menyatakan bahwa malah sebaliknya suku Melayu Minangkabau
inilah yang merupakan nenek moyang Suku Minangkabau. Kalau dilihat dari
sejarah, Minangkabau tidak pernah disebut dalam sejarah Sumatera kuno
kecuali nama Moloyou yang tak lain adalah Melayu. Dan memang wilayah
adat Minangkabau terletak berdekatan dengan wilayah pusat Kerajaan
Melayu, yaitu di hulu Batang Hari, Jambi.
Dalam perjalanan sejarah, banyak orang Minangkabau yang merantau ke
berbagai wilayah luar Minangkabau dimana sebagian wilayah itu adalah
wilayah Melayu. Dan karena prinsip orang Minang “Dimana bumi dipijak
disana langit dijunjung”, para perantau Minang ini banyak yang kemudian
melebur kedalam adat suku setempat yang ditandai dengan hilangnya
perhatian mereka pada asal usul suku (klan atau marga) mereka sewaktu di
Minangkabau dan tak jarang orang Minang menjadi Melayu.
Suku Malayu sebagai suku Raja
Di beberapa nagari di Minangkabau, suku Malayu merupakan suku
keluarga raja misalnya di Solok Selatan, Lunang dan Indropuro (Pesisir
Selatan), Ampek Angkek (Agam), nagari Air Bangis (Pasaman) dan beberapa
nagari lain. Di Solok Selatan, suku Malayu merupakan suku dari Yang
Dipertuan Sultan Besar Raja Disembah atau Raja Alam.
Di kerajaan Darmasraya, diduga kuat bahwa keluarga kerajaan juga bersuku
Malayu dan tentu saja keluarga kerajaan Pagaruyung juga bersuku yang
sama yaitu Suku Malayu.
Suku Malayu sebagai Suku Asal Suku Minangkabau
Dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Minangkabau bahwa suku-suku yang
ada dalam kelompok suku Minangkabau merupakan pemekaran dari suku
Malayu.
Berikut uraiannya:
Suku Melayu terpecah menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku sebagai berikut:
Melayu nan IV Paruik (Kaum Kerajaan) :
1. Suku Malayu
2. Suku Kampai
3. Suku Bendang (Suku Salayan)
4. Suku Lubuk Batang
Melayu nan V Kampung (Kaum Datuk Nan Sakelap Dunia, Lareh Nan Panjang)
1. Suku Kutianyie
2. Suku Pitopang
3. Suku Banuhampu (Suku Bariang)
4. Suku Jambak
5. Suku Salo
Melayu nan VI Ninik (Kaum Datuk Perpatih Nan Sebatang, Lareh Bodi Caniago)
1. Suku Bodi
2. Suku Singkuang (Suku Sumpadang)
3. Suku Sungai Napa (Sinapa)
4. Suku Mandailiang
5. Suku Caniago
6. Suku Mandaliko
7. Suku Balaimansiang (Suku Mansiang)
8. Suku Panyalai
9. Suku Sumagek
10. Suku Sipanjang (Supanjang)
Melayu Nan IX Induak (Kaum Datuk Ketumanggungan, Lareh Koto Piliang)
1. Suku Koto (Andomo Koto)
2. Suku Piliang
3. Suku Guci (suku Dalimo)
4. Suku Payobada (suku Dalimo)
5. Suku Tanjung
6. Suku Simabur
7. Suku Sikumbang
8. Suku Sipisang (Pisang)
9. Suku Pagacancang
Persebaran Suku Malayu di Minangkabau
Di beberapa daerah di Minangkabau (luhak dan rantau), Suku Melayu
disebut sebagai suku raja seperti di Air Bangis, Lunang, Inderapura,
Sungai Pagu dan Ampek Angkek (Agam).
Di beberapa daerah, Suku Melayu juga banyak terjadi pemekaran suku
menjadi beberapa pecahan misalnya Suku Melayu Gadang, Suku Melayu Panai,
Suku Melayu Ganting, Suku Melayu Durian, Suku Melayu Guci dan
seterusnya.
Suku Melayu menyebar hampir ke seluruh wilayah Minangkabau baik luhak
(darek) maupun rantau. Di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan
sekitarnya), raja alam dipegang oleh Suku Melayu dengan gelar Yang
Dipertuan Raja Disembah. Di Lunang, penduduknya juga mayoritas bersuku
Melayu dengan banyak pecahannya. Di Tanah Datar dan Pasaman, suku
Mandailiang juga merupakan bagian dari Suku Melayu. Begitu pula di
Cupak, Solok, Suku Malayu juga dominan.
Pemekaran
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan populasi warga suku Malayu,
pemekaran suku menjadi hal yang tak dapat dihindari. Telah terjadi
pemekaran suku Malayu menjadi beberapa pecahan suku di berbagai nagari
di Minangkabau, antara lain:
• Malayu Panai
• Malayu Gadang
• Malayu Gadang Ranatu Kataka (Lunang)
• Malayu Gadang Kumbuang (Lunang)
• Malayu Gantiang
• Malayu Ampek Niniak (Empat Nenek) (Solok Selatan}
• Malayu Ampek Paruik (Empat Perut) (Solok Selatan)
• Malayu Bariang Ampek Paruik (Solok Selatan)
• Malayu Koto Kaciak Ampek Paruik (Solok Selatan)
• Malayu Durian (Malayu Rajo)
• Malayu Kecik (Kecil) (Lunang)
• Malayu Durian Limo Ruang (Solok Selatan)
• Malayu Badarah Putiah,
• Malayu Baduak,
• Malayu Balai,
• Malayu Baruah,
• Malayu Bendang,
• Malayu Bongsu,
• Malayu Bosa,
• Malayu Bungo,
• Malayu Cikarau,
• Malayu Gandang Perak,
• Malayu Kumbuak Candi,
• Malayu Kumbuak Harum,
• Malayu Lampai,
• Malayu Lua,
• Malayu Panjang,
• Malayu Patar,
• Malayu Siat,
• Malayu Talang,
• Malayu Tobo,
• Malayu Tongah (Tangah)
Kerabat
Di antara suku-suku yang termasuk rumpun suku Melayu di Minangkabau adalah :
• Suku Panai
• Suku Bendang
• Suku Kampai
• Suku Mandailiang
Gelar Datuk Suku Malayu
• Datuk Kayo
• Datuk Kulilingi
• Datuk Maruhun Tinggi
• Datuk Bagindo Basa
• Datuk Basa
• Datuk Basa Batuah
• Datuk Rajo Mole
• Datuk Sari Mole
• Datuk Bandaro Hitam
• Datuk Rajo Dilie
• Datuk Topo
• Datuk Tuo
• Datuk Bagindo
• Datuk Rajo Nan Godang
Sumber:
https://wordpress.com/stats/post/227/lubukgambir.wordpress.com
No comments:
Post a Comment