Iklan Adsense

Friday, December 8, 2017

Sejarah Pesisir Selatan era Hindia-Belanda

Awal Mei 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra yang disahkan dengan Perjanjian Painan yang diprakarsai oleh Groenewegen yang membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota Padang, selain kantor perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan keamaman kantor perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk hingga pada tahun 1667 dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu terbakar pada tahun 1669 dan dibangun kembali setahun kemudian. Mereka sering diserang musuh yang berasal dari Tarusan, Bayang dan Indrapura. 19 Agustus 1621 dengan peristiwa penolakan tegas pembesar Pesisir Selatan terhadap kekuatan asing yang berpraktik imperialisme dan mengarah kolonialisme dan pengakuan Pagaruyung terhadap Pesisir. Pada tanggal 7 Juni 1663, Perang Bayang (1663-1711), perlawanan rakyat sarat dengan rasa nasionalis menolak Belanda membuat loji VOC pertama di kawasan Sumatera Barat, yakni di Pulau Cingkuk tahun 1662.
6 Juli 1663, Perjanjian Painan lanjutan dari Sandiwara Batangkapas. Sandiwara menolak kebijakan politik Sultan Iskandar Muda (Aceh) menjaga ketat bahkan hendak menutup kota pantai pelabuhan Samudrapura, Indrapura dalam berdagang lada dan emas. 28 Januari 1667, pertemuan tingkat tinggi antara Raja Minangkabau dan Belanda yang salah satu solusinya adalah pengakuan terhadap eksistensi Pesisir Selatan sebagai bagian integral wilayah sub kultur Minangkabau.
6 Juni 1701, kemarahan rakyat Pesisir Selatan terhadap tipuan Belanda menawarkan jasa memadamkan huru-hara sebagai mantel praktik imperialism mengarah colonialism, dengan membakar loji VOC di Indrapura. Tahun 1780-1784 pecah perang antara Inggris dan Belanda di Eropa. Peperangan ini merambat pula sampai ke daerah-daerah koloni yang mereka kuasai di seberang lautan. Pada tahun 1781 Inggris menyerang kedudukan Belanda di Padang dari pusat kedudukannya di Bengkulu, dan Padang serta benteng Belanda di Pulau Cingkuak di hancurkan.
Dengan demikian pusat perdagangan berpindah ke Bengkulu. Setelah terjadi perjanjian antara kerajaan Belanda dengan kerajaan Inggris maka Inggris terpaksa mengembalikan seluruh daerah yang sudah direbutnya.
Bangsa Prancis yang pernah datang ke Sumatera Barat, dengan armada bernama Le Ville de Bordeaux sebagai bajak laut yang dipimpin oleh Le Me dengan anak buahnya mendarat di Pantai Air Manis Padang. Hal ini terjadi pada tahun 1793. mereka dapat merebut Kota Padang dan mendudukinya selama lima hari. Setelah mereka merampok kota, mereka pergi lagi. Pada 30 November 1795 Inggris merebut Padang lagi, karena terlibat perang lagi dengan Belanda.
Segera setelah menduduki Padang inngris yang datang sebagai “teman” diterima oleh masyarakat Padang. Inggris mebuka perwakilanya di Padang dan Pulau Cingkuak. Akibat adanya perjanjian London pada Tahun 1814, Inggris harus mengembalikan bekas jajahan belanda kembali ke tangan Belanda. Bangsa yang dipimpin oleh James du Puy menerima Sumatera Barat dari tangan Ingris pada tanggal 19 Mei 1819. Setelah penyerahan itu, maka daerah yang diterima tersebut dijadikan sebagai daerah administratif setingkat Residentie dan diberi nama Residentie Padang. James du Puy sebagai residen dan diangkat A.E van den Berg sebagai asisten Residen.
Pembagian wilayah administrasi di zaman Hindia-Belanda
Pada Tahun 1825 de Stuers membagi Residentie van Padang en Onderhoorigheden menjadi tiga Afdelinggen, dimana kawasan pesisir dimulai dari Ujung Masang hingga Inderapura dinamakan Zuidelijke Afeeling ( Afdeling Selatan ). Pada tahun 1826 jumlah Afdelinggen menjadi empat. Dan Zuidelijke Afeeling dimasukan Onderafdeeling der Eilaiden, yaitu unit yang mengurus pulau yang terdapat dikawasan barat Sumatera Barat yang ditempat di Pulau Batu seorang Gezaghebber.
Setelah Plakat Panjang diumumkan pada tahun 1833, Belanda dibawah pimpinan Elout tetap membagi administrasi daerah jajahannya dengan empat Afdelinggen. Kawasan Padang sampai Inderapura selatan diberinama Afdeeling Padang en Onderboorigbeden. Afdeling ini dipimpin oleh seoran Residen.
Berdasarkan besluit dari Gouvernement Kommisaris Cochius tertanggal 29 November 1837 diputuskan bahwa status keresidenSumatera Barat ditingkatkan menjadi Gouvernement sehingga namanya berubah menjadi Gouvernement van Sumatra’s Westkust dengan pimpinan tertinggi adalah Gubernur.
Gouvernement van Sumatra’s Westkust dibagi menjadi dua residen, yaitu Residen van Padang dan Residen Noordelijke (Residen Air Bangih). Pesisir Selatan secara administrasi adalah salah satu dari lima Afdelling dari Residen van Padang dengan nama Afdelling Pulau Cingkuak ( Controleur kelas 3) dengan daerah Bayang, Salido, Painan, Batangkapas, Tello (Taluak), Taratak, Surantiah, Kambang, Palagai, Sungaitoro (Sungai Tunu), Pangisan (Punggasan), Air Haji dan Inderapura.
Pada tanggal 13 April 1841 pemerintah Belanda mengeluarkan Besluit No 1 tentang reorganisasi pemerintahan Sumatra’s Westkust yang isi besluit tersebut tersebut membentuk 9 Afdeelingen . Afdeelingen itu terdiri dari beberapa Districten. Afdeelingen tersebut adalah :
  1. Afdeeling Padang en Ommelanden ; Terdiri dari Distrik-Distrik Pauh, Kota Tengah dan Tarusan.
  2. Afdeeling Padangsche Zuider-districten ; Terdiri dari Distrik-Distrik Bacan (Bayang), Salido, Painan, Batang Kapas, Tello (Taluak), Taratak, Surantiah, Priangpara (Ampiang Parak), Kambang, Plangi (Palangai), Sungai Tunu, Pangisan (Punggasan), Air Haji, dan Indrapura.
  3. Afdeeling Pariaman : terdiri dari Distrik-Distrik Pariaman Dihilir, Pariaman Diulu, Pilubang, Ulakan, IX Koto, Lubuak Aluang, VII Koto, V Koto, X Koto, Tiku, Manggopoh,Katiagan, Bawan dan Kragan,
  4. Afdeeling Tanah Dtar; Terdiri dari Distrik-Distrik Tanah datar, XX Koto, IX Koto, Simawang, Batipuah.
  5. Afdeeling Agam; Terdiri dari Distrik-Distrik Agam, Matua dan IV Koto, Danau, VIII Koto, VII Lurah, Bonjol, Binjai, IV dan VI Koto.
  6. Afdeeling 50 Koto. Terdiri dari Lima Puluh Koto, Halaban, Lintau, Buo, Kota Tujuah, XIII Koto.
  7. Afdeeling Air Bangis, Natal dan Daerah-daerah sekitarnya hingga Perbatasan
  8. Afdeeling Rao: Terdiri dari Distrik-Distrik Rao, Lubuk Sikaping, Ophir dan daerah-daerah yang terletak di sebelah timur Rao, sampai dimana kekuasan pemerintah berlaku.
  9. Afdeeling Mandailing dan Angkola: Terdiri dari Distrik-Distrik Mandahiling Besar, Mandahiling Kecil, Angkola, Ulu dan Pakantan.
Pada Besluit Nomor 1 tertanggal 13 April 1841 juga ditegaskan bahwa pimpinan tertinggi di Sumatera Barat tetap berada di tangan Gubernur ( yang tetap menjadi penguasa tertingi dalam pemerintahan sipil dan militer). Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Gubernur dibantu oleh tiga orang Asisten Residen yang membawahi beberapa Afdeelingen.
Belanda pada awalnya tidak menganggu system Pemerintahan pribumi yang telah ada selama ini , seperti Kelarasan yang dipimpin oleh Tuanku Lareh dan Nagari yang dipimpin oleh Wali Nagari.
Reorganisasi pemerintahan terjadi pertamakali pada 7 Desember 1842 dengan besluit Nomor 1. dimana pembagian Administrasi van Gouvernement Sumatera’s Westkust adalah sebagai Berikut:
  1. Keresidenan Padangsche Benedenlanden
  2. Keresidenan Padangsche Bovelanden
  3. Keresidenan Tapanuli.
Residentie Padangsche Benedenlanden ( ibu Kota Padang ) dengan empat Afdeling
  1. Afdeling Padang en Ommelanden,
  2. Afdelling Air Bangis dan Rao,
  3. Afdeling Pariaman, dan
  4. Afdeeling Padangshe Zuider Districten dengan ibukota Painan yang memiliki 14 distrik ( Bacan (Bayang), Salido, Painan, Batang Kapeh, Tello (Taluak), Taratak, Surantiah, Priangpara (Ampiang Parak), Kambang, Plangei (Palangai), Sungai Tunu, Pangisan (Punggasan), Air Haji dan Inderapura)
Reorganisasi pemerintahan kembali terjadi pada 1 Januari 1865 dimana pembagian Residentie Padangsche Benedenlanden ( ibu Kota Padang ) dengan empat Afdeling :
  1. Afdeling Padang,
  2. Afdelling Air Bangis dan Rao,
  3. Afdeling Pariaman, dan
  4. Zuidelijke Afdeeling van Padang Ibukota Painan terdiri dari tiga distrik yaitu :
    1. Distrik Painan (ibukota Painan),
    2. Distrik Air Haji (ibukota Balai Salasa),
    3. Distrik Indrapura (ibukota Inderapura) dan pada tahun 1897 Zuidelijke Afdeeling van Padang berubah nama menjadi Afdeeling Painan dengan ibukota Painan )
Berdasarkan Lembaran Negara No.418 tahun 1905 tanggal 1 Januari 1905, yang diresmikan pada tanggal 1 Desember 1908 dengan Asisten Residen WD van Drunen Littel , Kabupaten Painan terdiri dari 3 Kecamatan ,yaitu :
  1. Kecamatan Painan
    1. Distrik Painan,
    2. Distrik Batangkapeh,
    3. Distrik Bayang,
    4. Laras Pulutpulut dan Tarusan.
  2. Kecamatan Aihaji
    1. distrik Airhaji,
    2. Nagari Ampingparak,
    3. Nagari Kambang,
    4. Nagari Lakitan,
    5. Nagari Palangai,
    6. Nagari Sungaitunu,
    7. Nagari Pangasan,
    8. Nagari Airhaji)
  3. Kecamatan Indera Pura
    1. Keregenan Inderapura,
    2. Nagari Inderapura,
    3. Daerah Tapan,
    4. Daerah Lunang,
    5. Daerah Silaut.
Reorganisasi besar dilakukan pada bulan November tahun 1914. Waktu itu, Tapanuli menjadi residen tersendiri lepas dari Sumatera Barat. Sedangkan Residensi Padangse Bovelanden dihapus. Residensi Sumatera Barat dibagi atas 8 afdeling :
  1. Padang ibu kota Padang,
  2. Painan ibukota Painan .
  3. Batipuah dan Pariaman ibukota Padang Panjang,
  4. Agam ibukota Fort dekock,
  5. Lubuk Sikapiang ibukota Lubuak Sikapiang,
  6. Limopuluahkota ibukota Payakumbuh,
  7. Tanah Datar ibukota Sawahlunto, dan
  8. Solok Ibukota Solok.
Afdeling Painan dibagi atas 2 (dua) Onderafdeling, 3 (tiga) Distrik dan 6 (enam) Onderdistrik, yaitu :
  1. Onderafdeling Painan dengan distrik :
    1. Distrik Painan dengan Demang Agus Ibrahim Kortowongso, dengan 2 onderdistrik :
    2. onderdistrik Painan langsung dibawah Demang Painan,
    3. onderdistrik Bayang dengan Pulut-pulut Asisten Demang Sutan Tahar Baharuddin Sutan Rajo Alamsyah di Pasarbaru.
      1. Onderafdelng Balai Salasa dengan dua distrik :
        1. Distrik Balai salasa Demang Bagindo Muhammad Jamil, dengan 2 onderdistrik:
        2. onderdistrik Balaisalasa ( dengan Palangai, Sungaitunu, Pungasan dan Airhaji) langsung dibawah Demang Balaiselasa.
        3. onderdistrik Inderapura Asisten Demang Sutan Adamsyah Datuk Rajo Adil
          1. Distrik Batangkapeh demang Nasir Sutan Saripado di Pasarkuok, dengan 2 onderdistrik:
          2. Onderdistrik Batangkapeh (tanpa sirantiah dan Taratak ) langsung dibawah Demang Balaisalasa.
          3. Onderdistrik Kambang (dengan Sirantiah / Surantih, Taratak, Ampiangparak, dan Lakitan). Asisten Demang Marah Nurdin Sutan Marajo
Setelah pemberontakan Silungkang pada tahun 1929 kembali dilakukan reorganisasi dari 8 Afdeling dikurangi menjadi 6 Afdeling , yaitu :
  1. Padang ibu kota Padang,
  2. Kerinci -Painan ibukota Sungai panuah.
  3. Tanah Datar ibukota Padang Panjang,
  4. Agam ibukota For dekock,
  5. Limopuluahkota ibukota Payakumbuh,
  6. Solok. Ibukota Sawahlunto
Afdeling Kerinci – Painan dibagi atas 2 (dua) Onderafdeling,yaitu :
  1. Onderafdeling Kerinci-Inderapura ibukota Sungai Penuh,
  2. Onderafdeling Painan ibukota Painan.
Penataan yang dinyatakan pada besluit Gubernur Jenderal tertanggal 10 September 1935 no.26 dan dimuat juga dalam Staatsblad van Nederland –indie tahun 1935 no 450, Jumlah Afdeling kembali dikurangi. Afdeling Kerinci-Painan di hapus. Daerah yang sebelumnya menjadi bagian Afdeling Kerinci-Painan dimasukan kedalam Afdeling Zuid Benedenlanden dengan ibukotanya Padang, yang terdiri dari 4 Onderafdeling :
  1. Padang ibukota Padang terdiri dari distrik Padang yang dibagi dalam dua onderafdeling, yaitu :
    1. Lubuk Bagaluang dan
    2. Pauah-Koto Tangah,
  2. Kerinci-Inderapura ibukota Sungai Penuh yang terdiri dari distrik Kerinci dan dibagi lagi kedalam onderdistrik
    1. Kerinci Tengah,
    2. Kerinci Ulu dan
    3. Kerinci Hilir, dan
    4. onderdistrik Istemewa Inderapura.
  3. Painan ibukota Painan, terdiri dari distrik Painan dan dibagi kedalam onderdistrik
    1. Bayang-Painan,
    2. Tarusan,
    3. Batangkapeh, dan
    4. Balai Salasa)
  4. Mentawai Eilanden dengan ibukota Siberut

No comments:

Post a Comment