Mualim dan Malin dalam kultur Minangkabau menjadi dua nama atau gelar yang saling beririsan. Mualim jarang disebut dalam kehidupan sehari-hari kecuali dalam penamaan tokoh Anjing Mualim saja. Yang paling sering disebut adalah gelar Malin karena Malin merupakan suatu jabatan dalam adat. Seorang Malin tak jarang bergelar Imam atau Pandito atau Pakiah. Tugas seorang Malin adalah menjadi perangkat kepenghuluan sebagai pendamping Penghulu yang bergelar Datuk atau bukan Datuk. Malin bertugas sebagai administrator di bidang keagamaan. Karena itu fungsi Malin sering diasosiasikan sebagai guru atau pengajar ilmu agama, berbeda dengan Mu’alim yang sejatinya adalah guru segala bidang, bebas tak ditentukan. Jadi ada penyempitan makna dari Mualim menjadi Malin
Di daerah pesisir, gelar Malin cukup populer, bahkan diwariskan
secara turun temurun ke anak laki-laki. Sebagian juga diturunkan kepada
keponakan laki-laki menurut garis ibu. Kisah yang cukup terkenal adalah
kisah Malin Kundang yang juga berayahkan seorang Malin. Sedangkan cerita
rakyat yang terkenal adalah Kaba Malin Deman yang kisahnya rada mirip
kisah Jaka Tarub di pulau Jawa.
Kenapa gelar Anjing Mualim tidak berubah menjadi Anjing Malin?
Nah disitulah uniknya. Mungkin karena latar belakangnya berbeda, sehingga tidak serta merta gelar tersebut berubah. Karena konon katanya Mualim dalam penamaan Anjing Mualim bukanlah Mualim yang bermakna guru agama atau Malin melainkan mualim dalam dunia pelayaran zaman dahulu. Mualim dalam dunia pelayaran berarti awak kapal atau pembantu nakhoda.
Apakah ada kaitannya dg gelar Malin Kundang?
ReplyDelete